Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produsen EV Beralih ke LFP, Nikel Harus Diolah Dalam Bentuk Lain!

Produsen EV Beralih ke LFP, Nikel Harus Diolah Dalam Bentuk Lain! Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebut, peralihan produsen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) untuk menggunakan baterai dari bahan baku Nikel ke  Lithium Ferro Phosphate (LFP) harus segera disikapi pemerintah. 

Menurutnya, itu akan berpengaruh karena permintaan akan nikel yang digunakan untuk baterai itu akan turun dengan pergeseran dari nikel ke LFP untuk membuat baterai kendaraan listrik. 

"Oleh karena itu perlu ada pengembangan produk dari nikel untuk menghasilkan produk lain, misal untuk stainless atau untuk apa lagi, itu perlu ada inovasi riset and development sehingga nikel tidak hanya digunakan untuk baterai kendaraan listrik," ujar Fahmy saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Kamis (25/1/2024). 

Fahmy melihat, saat ini sudah banyak produsen EV dunia yang menggunakan LFP sebagai bahan baku baterai karena memang lebih murah dibandingkan nikel.

Baca Juga: Menilik Kelebihan LFP Dibandingkan Nikel Untuk Baterai EV

"Kemudian kualitasnya juga lebih baik jadi dengan keunggulan tadi banyak perusahaan kendaraan listrik bergeser dengan tidak lagi menggunakan nikel tapi menggunakan LFP," ujarnya. 

Kondisi tersebut, dinilai akan berpengaruh karena permintaan akan nikel yang digunakan untuk baterai itu akan turun dengan pergesrran dari nikel ke lfp untuk membuat baterai kendaraan listrik. 

Diberitakan sebelumnya, Mantan Menteri Perdagangan era Jokowi dan SBY, Muhammad Lutfi angkat bicara terkait hal tersebut dan membeberkan bila sekitar 95% LFP diproduksi di China. Pengguna LFP terbesar atau mencapai 50% merupakan raksasa kendaraan listrik asal China yakni BYD, sementara Tesla hanya menyerap sebesar 15%. 

“IEA mencatat sekitar 95% LFP diproduksi China. Pabrikan mobil listrik asal negara yang sama, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan tersebut. Sementara, Tesla berkontribusi sebesar 15% dari total permintaan,” ungkap Lutfi, dalam unggahannya di akun Tiktoknya, Selasa (23/1/2024). 

Baca Juga: Bukan Tesla, Pengguna Terbesar LFP Terbesar Raksasa Kendaraan Listrik Asal China

Menurutnya, produsen baterai masih memilih nikel untuk material bahan baku kendaraan listrik dibandingkan dengan LFP. Lutfi menyebut ada beberapa kelemahan LFP dibandingkan dengan Nikel. 

“Karena nikel itu lebih energy dense, bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga. Kinerja baterai LFP bisa menurun hingga 60% di cuaca dingin. Baterai LFP bisa mati suhu di bawah -10% bahkan,” jelas Luthfi.

Adapun, penggunaan LFP dan nikel ramai dibicarakan karena Gibran karena menilai pasangan nomor urut 2 pada pilpres 2024 tersebut kerap kerap menggaungkan Tesla menggunakan LFP dan tak memakai nikel yang merupakan material baterai mobil listrik yang banyak dihasilkan Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: