Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan Bakal Melambung, Nilai Tambah Produk Nikel Indonesia Masih Rendah

Permintaan Bakal Melambung, Nilai Tambah Produk Nikel Indonesia Masih Rendah Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Energy Shift Institute (Energy Shift) menilai bahwa hingga saat ini, adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih cukup lamban. Tercatat, nilai tambah berbagai produk nikel Indonesia saat ini berkisar antara dua hingga 11 kali lipat dibanding produk mentahnya. Nilai ini, masih jauh di bawah nilai tambah yang lebih dari 60 kali lipat jika mencapai produksi baterai.

Director of Energy Shift Institute, Putra Adhi  menyebut kemajuan memang mulai terjadi produksi nikel dari bahan mentah menuju produk setengah jadi untuk industri baterai, meski saat ini, sekitar tiga perempat ekspor nikel masih berkaitan dengan industri baja tahan karat. 

“Namun, ketika Indonesia perlahan merangkak naik dalam rantai pasok industri baterai dan KBLBB, perlombaan di antara negara-negara lain sudah berjalan kencang,” ucapnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (10/2/2024).

Baca Juga: Tak Mau Berpaling, Hyundai Tetap Pilih Gunakan Baterai Nikel

Putra Adhi mengungkapkan bila perhatian publik belakangan ini banyak tertuju pada pesatnya pertumbuhan baterai tanpa nikel dan perdebatan mengenai masa depan nikel. 

Namun demikian, Energy Shift memandang bahwa permintaan nikel dunia untuk baterai sangat mungkin akan terus melambung seiring dengan laju adopsi KBLBB meskipun hadir teknologi alternatif. 

“Penting dicatat bahwa dalam sektor yang berkembang pesat, angka pertumbuhan absolut lebih penting dibandingkan pangsa pasar,” ujar Putra. 

Berdasarkan perkembangan yang ada, lanjut Putra, produsen baterai lebih condong menempatkan investasi pabrik mereka mengikuti perkembangan pasar KBLBB, namun adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih cukup lamban. 

“Masuknya raksasa KBLBB, BYD, ke Indonesia patut diapresiasi namun kemungkinan tidak akan berimbas besar dalam pengembangan pabrik baterai berbasis nikel karena model kendaraan mereka yang kebanyakan menggunakan baterai tanpa nikel,” terangnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: