Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengakui upaya untuk merealisasikan target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2030 cukup berat.
Dwi menyebut, hal itu dilakukan di tengah menurunnya produksi terangkut (lifting) minyak dalam negeri dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Sinergi Skala Global: PIS, KPI, dan TotalEnergies Teken HoA Angkutan Minyak dan Terminal Energi
Meski begitu, pihaknya telah berdiskusi dengan beberapa pakar guna membahas hal ini. Dimana, berdasarkan hasil diskusi, target 1 juta barel ini kemungkinan akan bergeser menjadi 2032 atau 2033 dari yang sebelumnya 2030.
"Kita sih lebih masih ingin cenderung bahwa angka 1 juta kita pakai sebagai milestone untuk menuju ke sana sedangkan tahunnya yang mungkin bergeser 2-3 tahun. Tetap 1 juta barel, karena memang kebutuhannya naik, cuma waktunya saja yang bergeser," ujar Dwi dalam RDP dengan DPR RI, dikutip Kamis (14/3/2024).
Dwi mengatakan, pengkajian ulang terhadap target 1 juta barel minyak itu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Mulai dari pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik yang sudah berdampak pada pencapaian produksi di dalam negeri.
Baca Juga: Produsen Minyak Bimoli Salim Ivomas (SIMP) Alami Penurunan Penjualan hingga 10%, Ini Penyebabnya!
"Jadi ketika 2019 kita punya long term plan (LTP). Di 2020 kita masih menghadapi pandemi sehingga kegiatan di lapangan kan terganggu semua itu reason kenapa capaiannya belum seperti yang kita harapkan. Sehingga kita perlu review, kemudian juga kondisi geopolitik sudah sangat mempengaruhi," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement