Ahli IT Roy Suryo menilai suara-suara protes dari para akademisi di kampus ternama di Yogyakarta seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan UII adalah bentuk protes dari carut marutnya demokrasi di rezim Jokowi.
"Kegiatan "UII Memanggil" siang tadi (Kamis, 14/03/24, yg mengusung tema "Selamatkan Demokrasi Indonesia" memang patut diapresiasi sebagai Ajakan Simpatik Civitas Akademika Kampus Senior ini. Apalagi dipimpin langsung oleh Rektor sendiri, Prof Fathul Wahid ST MSc PhD yg tidak hanya membacakan tuntutan resmi Aksi siang tadi, tetapi juga beliaulah yg menyemprotkan sendiri Cat Pilox utk membuat Tulisan (Grafitty) "Demokrasi" di Keranda yg dipajan sebagai Properti Aksi," kata Roy.
Menurut Roy, aksi yang diikuti sekitar 300-an civitas akademika ini memajang keranda bertuliskan "Demokrasi" sebagai wujud matinya demokrasi di Indonesia.
"Orasi yg disampaikan rata-rata memang menyoroti Kemunduran Total Demokrasi negeri ini, sampai bisa dibilang "mati" di era Rezim saat ini. Praktis semua sarana utk menyampaikan Aspirasi dan Ruang Diskusi sudah terkunci, ibarat Hidup diantara Zombie," tandasnya.
Ia juga menyebut tanda-tanda matinya demokrasi adalah "main kasar institusional" dengan cara mengamandemen UU KPK, UU Minerba, UU MK, Pengesahan UU Ciptaker yang seakan-akan konstitusional, padahal sesungguhnya sangat manipulatif.
"Kesimpulannya, Aksi "Selamatkan Demokrasi Indonesia" ini memang penting harus terus digelorakan di kampus seluruh Indonesia, agar Daya Nalar dan Kewarasan berpikir Masyarakat tidak menjadi sesat dan Tuna Etika sebagaimana yg ditunjukkan oleh Rezim Penguasa saat ini," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement