Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Garuda Indonesia Dinilai Berhasil Bangun Fundamental Bisnis dengan Outlook Kinerja Dipekirakan Tumbuh Komprehensif

Garuda Indonesia Dinilai Berhasil Bangun Fundamental Bisnis dengan Outlook Kinerja Dipekirakan Tumbuh Komprehensif Kredit Foto: Antara/Ampelsa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejalan dengan pembukuan kinerja Garuda Indonesia  tahun 2023 yang kembali berhasil membukukan laba, sejumlah pengamat memproyeksikan kinerja maskapai pelat merah tersebut akan semakin prospektif dengan memperhatikan indikator kinerja keuangan dan operasi yang tumbuh positif.

Ditengah pencatatan improvement posisi EBITDA secara Year on Year serta langkah perbaikan ekuitas yang saat ini terus dijalankan GIAA,  Analis Sinar Mas Sekuritas, Isfhan Helmy mengatakan, Garuda Indonesia telah berhasil menambah efisiensi yang tercermin pada penurunan biaya non bahan bakar. 

Di sisi lain, Garuda Indonesia juga berhasil menekan biaya G&A hingga 25% selama 2023 menjadi US$177 juta, sementara biaya pemeliharaan juga turun sedikit sebesar 5% menjadi US$387 juta pada tahun 2023. Adapun, penurunan terbesar dalam G&A adalah biaya layanan profesional yang turun 86% menjadi US$15 juta pada tahun 2023.

“EBITDA melampaui ekspektasi kami pada run-rate 105%, yaitu sebesar US$310 juta, dibandingkan ekspektasi kami sebesar US$295 juta. Meskipun total pendapatan sedikit lebih rendah dari ekspektasi kami yaitu sebesar 98% atau sebesar US$2,9 miliar, penghematan besar terjadi pada biaya non-bahan bakar yang turun sebesar 5% YoY dan hanya mencapai 93% dari ekspektasi kami,” ucapnya.

Baca Juga: Dongkrak Mobilitas Wisata, Garuda Indonesia Siap Tambah Frekuensi Rute Penerbangan

Di sisi lain, skema sewa pesawat yang dijalankan pasca pandemi juga menguntungkan karena pembiayaan pesawat dihitung berdasarkan jam terbang. “Hal ini tentu sangat menguntungkan Garuda Indonesia, karena EBIT FY23-nya sebesar US$310 juta, lima kali lipat dibandingkan EBIT tahun 2019 yang hanya sebesar US$63 juta. Hal ini dicapai secara luar biasa dengan hanya separuh dari jumlah armada sebelum pandemi,” ungkapnya. 

Isfhan menambahkan, peningkatan angka keuangan Garuda Indonesia tahun ini akan membawa katalis baru. “Dengan kelipatan EV/EBITDAR saat ini sebesar 1,3x. Angka ini jauh di bawah maskapai sejenis di kawasan dengan layanan lengkap seperti Singapore Airlines yang saat ini beroperasi mendekati 2,5x EV/EBITDAR,” pungkasnya. 

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, Garuda Indonesia sudah on the track meraih profitabilitas. Pada 2024, keuntungan Garuda diprediksi US$ 580 juta tahun ini. 

“Pendapatan diperkirakan ikut naik hingga 40% menjadi US$ 4,2 miliar dari. Kami merekomendasikan pemodal untuk untuk wait and see saham Garuda," ujarnya. Di sisi lain, dia menegaskan, momentum lebaran diharapkan mampu meningkatkan pendapatan Garuda. Hal ini juga dimanfaatkan perseroan dengan menyiapkan kursi tambahan dan juga diskon selama libur lebaran. 

"Perseroan juga mencatakan perbaikan operasional bisa membantu menghasilkan keuntungan, meski dinilai tidak signifikan," ungkap Vicky. 
Baca Juga: Dongkrak Sinergi, Garuda Indonesia dan Indosat Siap Mudahkan Traveler Jelajahi Dunia

“Saya kira Garuda bakal memaksilmalkan semua potensinya untuk memacu pendapatan tahun ini,” pungkas Vicky. 

Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, dengan jumlah armada yang ada saat ini, Garuda Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat karena manajemen berhasil menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan negara sebagai maskapai pelat merah, mengkoneksikan udara di tanah air. 

"Garuda group tinggal menyesuaikan kebutuhan secara maksimal penggunaan pesawat melalui armada yang perlahan mulai bertambah di tahun ini. Saya kira Garuda sudah bisa memilah mana rute penting dan menguntungkan bagi perusahaan. Penting dan menguntungkan ini tentu harus dipilah lagi yang betul-betul memberikan hasil dan manfaat besar secara keuangan bagi Garuda," katanya. 

Gatot menambahkan, Garuda sekarang sudah bisa berkolaborasi lebih baik dengan Citilink sebagai anak perusahaan, baik untuk pengembangan bisnis maupun menjalankan tugas negara melalui ketersediaan armada yang ada. 

“Jika nanti Garuda, Citilink dan Pelita jadi digabung dengan tetap mempertahankan AOC masing-masing, tentu juga akan lebih baik karena akan dapat bekerjasama dan lebih efisien dalam operasional perusahaannya,” pungkas Gatot 

Tahun kinerja 2023, Garuda Indonesia secara konsolidasi mencetak pertumbuhan pendapatan 40% menjadi US$ 2,94 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,1 miliar. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa langkah penyehatan kinerja usaha Garuda terus berjalan di dalam jalur (on the track).

Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar US$ 252 juta. Ini makin memperkuat fundamental Garuda pascamerampungkan restrukturisasi akhir 2022. 

Dari sisi neraca, liabilitas jangka pendek Garuda turun 31% dari tahun 2022 sebesar US$ 1,7 miliar menjadi US$ 1,2 miliar. Ini menjadi inidikator penting dalam menggambarkan soliditas penyehatan kinerja keuangan khususnya terkait nilai utang usaha pada tahun kinerja berjalan.

Kinerja operasional Garuda juga kokoh. Sepanjang 2023, Garuda Indonesia Group membukukan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 34% menjadi 19,9 juta, dibandingkan 2022 sebanyak 14,8 juta. Perinciannya, Garuda mengangkut sebanyak 8.291.094 penumpang dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: