Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Crypto Investors Outlook 2024, Indonesia Berpotensi Menjadi Leader Kripto di ASEAN

Crypto Investors Outlook 2024, Indonesia Berpotensi Menjadi Leader Kripto di ASEAN Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Crypto Investors Outlook (CIO) kembali hadir setelah sukses diadakan pada tahun 2023. Di edisi keduanya ini CIO mengangkat tema AI - The Future of Crypto Analysis. Acara ini didukung oleh CoinMarketScore dan diadakan di Hotel Le Meridien, Jakarta, pada 25 April 2024.  

CoinMarket Score adalah platform analisis dan scoring aset kripto dengan AI. Di acara ini platform tersebut secara resmi juga melakukan peluncuran produk dan resmi tersedia untuk digunakan masyarakat Indonesia. 

Acara ini turut mengundang: Tirta Karma Senjaya (Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti), M. Yusuf Musa (Head of Strategy Nanovest), dan Brenda Andina serta Andreas Tobing (Konten kreator dan edukator Web3). 

Dalam pembukaan acara CIO, Tirta Karma Senjaya menyinggung tentang adopsi aset kripto dan Web3 di Indonesia. Tirta kembali menyebutkan bahwa transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp859,4 triliun di tahun 2021. Di tahun 2024 ini, ia yakin bahwa volume transaksi kripto di Indonesia dapat menembus nilai tersebut, didukung dengan minat terhadap aset kripto yang meningkat sepanjang tahun 2024 ini. Indonesia Berpotensi Menjadi Leader Kripto di ASEAN. 

Tirta juga memberikan kabar terbaru mengenai ekosistem kripto di Indonesia yang berkembang signifikan. Termasuk dengan adanya 35 exchange kripto yang terdaftar di Bappebti dengan empat di antaranya secara resmi telah menjadi anggota bursa kripto di Indonesia. 

Usai acara pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi bincang-bincang membahas mengenai potensi dan peluang pasar kripto di tahun 2024 bersama dengan M. Yusuf Musa, Brenda, dan Andreas Tobing. 

Per 20 April 2024 Bitcoin telah resmi melakukan halving keempat, peristiwa di mana imbalan Bitcoin kepada penambang berkurang setengahnya dari 6,25 menjadi 3,125. Berbeda dari tahun 2020 saat halving ketiga terjadi, di halving keempat ini, Bitcoin telah diadopsi oleh institusi besar. 

Menurut Brenda Andrina, “Harga Bitcoin saat ini sangat dipengaruhi oleh institusi besar. Sejak Bitcoin mencetak harga tertinggi di atas US$70.000 dan koreksi hingga saat ini, kita melihat outflow BTC yang besar dari ETF Grayscale”, katanya. 

Brenda optimis ke depannya, akan lebih banyak produk-produk baru dari institusi besar, yang akan mendukung adopsi Bitcoin. Dalam diskusi ini narasumber juga menyoroti perbedaan siklus harga Bitcoin di tahun 2021 dan 2024. Pada siklus-siklus sebelumnya, yakni sebelum tahun 2021, pasar kripto belum menjadi perhatian besar bagi perusahaan-perusahaan besar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: