Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR: Ekonomi Global Masih Sangat Ringkih

DPR: Ekonomi Global Masih Sangat Ringkih Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/9/2023). BPS mencatat pada kuartal II-2023 ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen, dimana pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Negara (BAKN) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anis Byarwati buka suara terkait dengan angka pertumbuhan nasional yang mencapai 5,11% di kuartal I-2024.

Anis mengingatkan kepada pemegang kepentingan untuk tak terlalu larut dalam optimisme dan mewaspadai segala hal yang bisa terjadi mengingat votalitas kondisi global yang masih sangat tinggi dan sulit untuk diprediksi.

Baca Juga: Terbitkan SPI 321, Kemenparekraf dan Kemenkeu Harap Kekayaaan Intelektual Bernilai Ekonomi

"Tantangan ketidakpastian ekonomi dan volatilitas keuangan global masih sangat tinggi. Fenomena (di Amerika Serikat yang) higher for longer untuk menggambarkan tingkat inflasi dan suku bunga (juga) bisa memicu pertumbuhan ekonomi weaker for longer (di Indonesia)," ungkapnya dilansir Sabtu (11/5).

Anis mengingatkan kondisi ekonomi global yang dapat berubah drastis sewaktu-waktu. Dampak akan hal tersebut harus diwaspadai oleh Indonesia.

"Ekonomi global masih sangat ringkih dan rapuh inilah yang kita khawatirkan akan berdampak terhadap kondisi perekonomian nasional. Apalagi kita akan menghadapi transisi kekuasaan pada bulan Oktober nanti. Kita berharap semuanya bisa berjalan baik dan Pemerintahan baru bisa bekerja secara optimal," jelasnya.

Kondisi geopolitik yang sedang memanas di banyak kawasan, akan membuat perekonomian global akan goncang, terutama harga minyak. Kondisi ekonomi Cina yang melambat berpotensi melambatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Baca Juga: BI Yakin Ekonomi Indonesia Akan Moncer di Triwulan II 2024

"Hari ini nilai tukar Rupiah terhadap USD tertinggi dalam empat tahun terakhir. Jika Rupiah terus melemah, tentu BI akan menaikkan tingkat suku bunga kembali, dampaknya sektor rill akan terancam, daya beli akan semakin melemah dan ini akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Anis menyebut target pertumbuhan 2024 di angka 5,3% terlampau berat. Karena itu, perlu kerja keras dan ekstra usaha untuk mencapainya melihat kondisi perekonomian dan keuangan global yang masih sangat rentan.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Perkembangan Ekonomi Kita Bergantung Inovasi

"Sementara itu, perekonomian nasional masih sangat terpengaruh dengan kondisi global. Ditambah kondisi geopolitik di banyak kawasan sedang memanas, perlambatan ekonomi Cina, tingginya angka inflasi dan suku bunga The FED dan harga komoditas yang mulai turun. Sementara kondisi ekonomi nasional belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi. Kita masih sangat tergantung dengan konsumsi. Sementara investasi dan ekspor   belum bisa diharapkan banyak menopang pertumbuhan. Sekali lagi ini PR Pemerintahan baru nantinya," ungkapnya.

Anis juga menyebut bahwa parlemen berupaya dengan fungsi yang dimilikinya untuk terus mendorong Pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024.

Baca Juga: Tahan Banting, Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh pada Triwulan I 2024

"Sekali lagi tentu saja tidak mudah, apalagi Pemerintahan saat ini tinggal menunggu waktu untuk berakhir. Tidak akan banyak kebijakan baru yang akan dikeluarkan, selain melanjutkan apa yang sudah dikerjakan. Kita juga menunggu bagaimana komposisi kabinet khususnya Tim Ekonominya, apakah bisa diterima publik atau sebaliknya. Hal ini penting meyakinkan publik agar orang yang dipilih terbaik dan ahli dibidangnya," tutup Anis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: