Biar Karyawan Betah, Begini Employee Benefit yang Harus Dilakukan Perusahaan Pascapandemi
Sebagai respons dari perubahan yang terjadi di dunia usaha dalam beberapa tahun terakhir terutama pasca pandemi COVID-19, perusahaan kini harus mengevaluasi kembali pendekatan Employee Benefits yang mereka tawarkan kepada karyawannya, untuk memastikan bahwa tunjangan yang diberikan tersebut telah sesuai dengan tujuan.
Employee Benefits merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena memberdayakan para pelaku bisnis untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik sekaligus mendukung karyawan sepanjang waktu, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan motivasi karyawan, mempertahankan internal talent, yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam memajukan bisnis perusahaan.
Dalam Seminar “Boosting Employee Benefits through Digital Insurance Services & Personalization” di Jakarta, belum lama ini, Chief Commercial Officer Deloitte Indonesia, Satya Radjasa mengatakan bahwa perusahaan kini harus berusaha menyesuaikan Employee Benefits mereka berdasarkan kebutuhan lintas generasi saat ini, seperti Millenials, Gen Z, dan seterusnya.
Baca Juga: Pantas Nyari Kerja Makin Sulit, Mercer Ungkap 69% Perusahaan Ogah Rekrut Pegawai Baru
"Paket tunjangan yang standar mungkin tidak lagi cukup menarik untuk mempertahankan talenta lintas generasi. Perusahaan harus menyesuaikan Employee Benefits yang sesuai dengan kebutuhan para karyawan. Selain itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan nilai-nilai yang ditekankan oleh masing-masing generasi. Misalnya, Generasi Y dan Z seringkali mengutamakan perusahaan yang memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat atau lingkungan, sementara Baby Boomers mungkin lebih memperhatikan stabilitas pekerjaan dan program pensiun," ungkap Satya.
Masih di acara yang sama, Chief Technology Officer, PT Asuransi Tokio Marine Indonesia (TMI), Foster Kurniawan mengatakan bahwa pandemi membawa perubahan yang signifikan dalam sistem kerja. Oleh sebab itu, untuk mendorong potensi dan partisipasi aktif karyawan, TMI menerapkan strategi yang terstruktur untuk menyeimbangkan kebutuhan karyawan dengan ketersediaan sumber daya perusahaan.
“Dalam menentukan kebutuhan Employee Benefits pasca pandemi, kami telah mempelajari dan membandingkan perubahan tren sistem kerja sebelum dan sesudah masa pandemi. Selain itu, kami juga melakukan jajak pendapat melalui pertemuan khusus dengan perwakilan karyawan, untuk mempelajari perubahan serta melakukan benchmarking dengan berpartisipasi aktif dalam survei kompensasi dan manfaat eksternal untuk memahami posisi mereka dalam industri, serta berbagi praktik terbaik dari perusahaan lain sebagai studi kasus,” ujar Foster.
Dengan melakukan hal tersebut, tambahnya, TMI dapat mengukur efektivitas Employee Benefits untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan melalui pemberian perlindungan dan tunjangan, tidak hanya untuk kesehatan dan keuangan, tetapi juga perlindungan terhadap aset dan masa depan keluarga karyawan.
Sementara untuk mendukung tren baru dalam Employee Benefits dan bagaimana sebuah perusahaan dapat mengadopsinya, TMI menyediakan platform yang agile dan dinamis, yakni platform Worksite 2.0, yang memudahkan karyawan mengaksesnya dengan cepat, online, dan digital. Selain itu, TMI juga mengidentifikasi beban kerja, mengevaluasi jumlah sumber daya perusahaan, dan memilih apakah tugas akan dikelola secara internal maupun eksternal serta memanfaatkan teknologi dan solusi digital untuk menciptakan lingkungan kerja yang efektif dan efisien.
Selaras dengan Foster, Head of Affinity & Financial Institution TMI, Ahmad Khomaini mengatakan bahwa platform Worksite 2.0 akan memberikan banyak manfaat bagi para karyawan.
“Worksite 2.0 merupakan platform digital yang secara khusus disesuaikan untuk perusahaan dan karyawan perusahaan, dengan membuat mereka merasa memiliki platform tersebut secara eksklusif, baik dari sisi desain maupun user experience. Penawaran eksklusif ini akan memberikan perasaan istimewa bagi karyawan. Proses penawaran dan pembelian yang cepat, efisien, dan digital, tidak menambah beban kerja perusahaan, bahkan mendapat dukungan penuh dari TMI,” jelas Ahmad.
Baca Juga: AAUI Dorong TPL Jadi Asuransi Wajib, Bagaimana Penyesuaian Preminya?
Ahmad juga menekankan bahwa tampilan platform Worksite 2.0 akan disesuaikan dengan gaya komunikasi masing-masing perusahaan khususnya look & feel sesuai dengan branding perusahaan tersebut. Proses pembeliannya pun sangat mudah yaitu dengan pemindaian QR atau mengklik tautan, memilih produk yang sesuai, mengisi form, dan mengunggah foto ID karyawan sebagai bagian proses validasi. Dilanjutkan dengan memilih jenis pembayaran seperti kartu kredit/debit, dompet digital, dan transfer bank. Setelah pembelian selesai, epolis akan langsung terbit dan di-email ke karyawan, dan perlindungan pun langsung aktif saat itu juga.
“Karyawan dapat membeli produk asuransi dengan sangat mudah dan cepat, hanya dengan beberapa klik saja. Dengan tampilan yang dapat disesuaikan dan platform yang mudah digunakan, diharapkan dapat meningkatkan rasa keyakinan karyawan dalam memilih paket perlindungan yang mereka butuhkan. Karyawan pun akan merasakan nilai unik dari platform yang dirancang khusus untuk mereka, meningkatkan rasa puas terhadap perusahaan. TMI akan mendukung kampanye digital bersama mitra perusahaan untuk karyawan mereka,” kata Ahmad.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement