Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Pos Indonesia: Fokus Performansi, Kunci Memimpin Saat Krisis Pandemi

Bos Pos Indonesia: Fokus Performansi, Kunci Memimpin Saat Krisis Pandemi Kredit Foto: Pos Indonesia
Warta Ekonomi, Bandung -

Pandemi adalah bentuk nyata dari krisis. Kepemimpinan di tengah krisis membutuhkan pendekatan yang berbeda. Ia tidak bisa dilakukan dengan kepemimpinan yang biasa. 

“Dalam kondisi krisis, kita tidak bisa bicara visi. Semua daya fokus menaikkan performansi,” kata Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi dalam acara Cakrukran bersama Alumni ITS dan bedah buku terbarunya, Thriving on Turbulence: Agile Leadership untuk Sukses Melewati Disrupsi

Baca Juga: Pos Indonesia Musnahkan Prangko dan Benda Filateli, Totalnya Rp62,3 Miliar

Buku itu adalah kristalisasi pengalamannya dalam memimpin Pos Indonesia saat periode pandemi. Faizal  yang juga merupakan calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) mengatakan bahwa ini pertama kalinya, bagi dia dan Pos Indonesia, mengelola sebuah perusahaan di dalam lingkungan bisnis yang betul-betul ekstrim, kacau, dan bergolak. Sederhananya penuh turbulensi. 

Kala itu perusahaan mengalami double crisis: lingkup eksternal dan internal. Di sisi eksternal, industri dihantam pandemi Covid-19. Suasana ini membuat semua orang bingung, sebab ini adalah fenomena baru yang tidak dipahami banyak orang.

“Tetapi yang jelas, pandemi membuat aktivitas bisnis dan industri lumpuh,” ujar Faizal dalam keterangan resminya, Senin (10/6/2024).

Di lain pihak, di sisi internal perusahaan ini mengalami permasalahan yang kompleks. Ada tiga hal yang ia soroti sebagai faktor-faktor yang jadi penyebab merosotnya performa Pos Indonesia. Pertama, performansi finansial. Pos Indonesia mengalami pelemahan finansial. Revenue perusahaan berada di angka yang memprihatinkan.

Kedua, performansi bisnis. Pos Indonesia kalah bersaing dengan kompetitornya. Portfolio bisnis di bidang jasa kurir dan logistik boleh dikatakan “keok”. Ia tidak dapat mengesankan konsumen, sehingga konsumen beralih ke brand lain. Ketidakpercayaan konsumen membuat market share Pos Indonesia tergerus turun.

Penyebab lain menurunnya performa bisnis juga selaras dengan hal ketiga yakni hancurnya disiplin operasional. Salah satu faktornya adalah indikator capaian pengiriman yang jauh dari kata memuaskan.

“Dalam kondisi krisis seperti ini, kita tidak boleh bersikap biasa-biasa saja. Harus extraordinary,” katanya.

Baca Juga: Pos Indonesia Jamin Keamanan Pengiriman Logistik ke IKN

Bagi Faizal strategi memimpin di tengah krisis adalah agilitas: kemampuan untuk bertindak lincah, cepat, dan tepat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: