Pengamat intelijen dan pertahanan Susaningtyas Nefo Handayani, menilai penembakan Calon Presiden (Capres) AS Donald Trump di Pensylvania AS tidak bisa dianggap sepele dan tak mungkin terjadi di negara lain termasuk Indonesia.
Adapun Capres AS dari Partai Republik tersebut ditembak saat sedang kampanye di Pennsylvania, AS, Sabtu (13/7/2024). Dalam insiden tersebut, mantan Presiden AS itu mengalami luka dan berhasil dievakuasi. Sementara Secret Service mengatakan telah membunuh tersangka pelaku penembakan yang dikatakan menyerang dari posisi tinggi di luar tempat rapat umum, sebuah pameran pertanian di Butler, Pennsylvania.
Menurut Susaningtyas, AS memiliki beberapa lembaga Intelijen ada CIA, FBI, Homeland, dan Intelijen di institusi militer mereka. Kejadian ini harus dianalisis secara terintegasi. Butuh waktu sampai diketahui embrio kejadian.
Baca Juga: Kripto Jadi Senjata Baru Trump Hadapi Biden di Pemilu 2024
"Ada beberapa probabilitas asal penembakan. pertama, /awan politik ( Presiden Incumbent dan unsur politik lain yang tidak menyukai Trump). Kedua, anggota masyarakat yang tidak suka pada kebijakan Trump saat menjadi Presiden AS. Mengingat kepemilikan senjata agak bebas di AS," ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (14/7/2024).
Selanjutnya yang ketiga, kata Dia, kaki tangan negara lain yang khawatir bila Trump menang akan mengganggu kekuasaan dan hegemoni mereka. Atau kemungkinan yang keempat dari pihak Trump sendiri yang memainkan image playing victim.
"Dalam bidang Intelijen pulbaket (proses pengumpulan bahan keterangan) tidak bisa hanya informasi yang beraifat official saja yang dikumpulkan, melainkan juga dari masalah pribadi (musuh pribadi)," tuturnya.
Lebih lanjut katanya, pengungkapan dalam bentuk apapun pasti akan berdampak bagi pemilu di AS. Jika penembakan ini berasal dari pihak lawan politik bisa dikatakan perbuatan bodoh karena justru bisa meningkatkan simpati kepada Trump.
"Kita harus bersabar sekitar 3 hari atau lebih untuk mendapatkan hasil analisa terkait kejadian penembakan ini," imbuhnya.
Baca Juga: Laporan Pelanggaran HAM di AS: Ada 654 penembakan massal Selama 2023
Sebagai informasi, jajak pendapat di Pennsylvania menunjukkan persaingan ketat antara Biden dan Trump masih sangat fluktuatif, meski tentu saja pasti ada irisan antara kedua Capres tersebut.
Jajak pendapat di negara bagian yang menjadi medan pertempuran untuk pemilu tahun 2024 jarang terjadi akhir-akhir ini, namun hasil terbaru dari Universitas Quinnipiac menunjukan Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump pada dasarnya sama-sama berada di Pennsylvania, dengan Trump mendapatkan dukungan dari 47% pemilih terdaftar dan Biden mendapatkan 45 suara % dalam pertarungan hipotetis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement