"Sawit tidak hanya sebagai bahan makanan, tapi juga sebagai bahan kosmetik, dan bahkan sudah menjadi sumber bahan baku biodiesel," katanya.
Selain dikonsumsi sebagai minyak goreng oleh rumah tangga dan industri, minyak sawit juga bisa diolah menjadi produk sumber pangan lainnya seperti ice cream, margarin, coklat, creamer, dan biskuit. Sekitar 70-90 persen minyak sawit yang diperdagangkan di pasar dunia digunakan untuk pangan.
Baca Juga: Alasan Eropa 'Iri' dengan Keunggulan Sawit: Takut Indonesia Jadi Raja
"Bahkan, peran minyak sawit sebagai sumber pangan bisa terlihat pada level negara atau kawasan. Misalnya, penggunaan minyak sawit untuk pangan di China pada tahun 2021 sebesar 66%, India 96%, Pakistan sebesar 98%, dan Uni Eropa sebesar 36%," terang Ihsan.
Ihsan menambahkan bahwa hal tersebut menunjukkan perbedaan konsumsi antara produk pangan berbasis minyak sawit di wilayah Asia dan Eropa.
"Masyarakat di kawasan Asia menggunakan minyak sawit sebagai minyak goreng yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun industri. Sementara di kawasan Amerika dan Eropa, penggunaan minyak sawit dipergunakan sebagai bahan baku oleh industri pangan, bahkan kosmetik dan kebutuhan lainnya," tambahnya.
Kampanye Negatif Bermotif Ekonomi
Sementara itu, Ketua Umum PWI Pusat, Hendry CH Bangun, mengatakan sawit adalah bagian yang tak terpisahkan dari para wartawan dan warga Indonesia. Mengingat, sawit ini begitu besarnya bagi perekonomian nasional dan banyaknya warga yang hidup dari kelapa sawit.
"Jadi saya kira begitu banyak, batu bara barangkali memiliki nilai ekspor yang lebih besar. Tapi masyarakat yang terlibat dan umumnya di pedesaan, dari kehidupan kelapa sawit ini sangat banyak," katanya.
Bangun mengungkapkan sejak awal kecenderungan berita negatif mengenai kelapa sawit sebesar 70 persen, positifnya hanya 30 persen. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional selalu berkampanye negatif dengan alasan lingkungan. Tetapi baru belakangan ini, kita ketahui motifnya juga ekonomi.
Baca Juga: Floratama Academy 5.0 Tingkatkan Usaha Ekonomi Kreatif Berbasis Digital
"Mengapa? Karena kelapa sawit ini kalau dibanding-bandingkan dengan produk mereka itu sangat kalah jauh dengan kelapa sawit. Kalah bersaing, baru muncul lah isu-isu negatif yang memojokkan dengan berbagai topik dan tema seputar kelapa sawit, yang sayangnya banyak dari kita mengikuti saja," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Aliev
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement