Angka kemiskinan Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim termasuk tinggi. Menurut Pusat Data Indonesia, saat ini Desa Air Talas tergolong berkembang, belum maju. Angka penerima Bansos pun tinggi.
Padahal rata-rata KK memiliki lahan pekarangan yang luas namun belum dimanfaatkan. Sementara ibu-ibu harus membeli sayur dan buah-buahan yang seharusnya bisa ditanam di pekarangan.
Neng Ani Marlianti, merupakan salah satu perempuan yang rajin memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan dapur. Aneka sayur ditanam sehingga mengurangi uang yang dibelanjakan untuk membeli sayuran dan bumbu. Selain itu, sayuran dan bumbu juga lebih sehat karena dibudidayakan secara organik.
Di depan rumahnya, ia memetik mentimun yang ukurannya di atas rata-rata. Panjangnya hingga 30-50cm.
“Saya juga menanam cabai. Di sini tanahnya subur, tinggal kasih tambahan pupuk kandang, sudah bisa buah,” kata Neng sambil menunjukkan beberapa batang tanaman cabai yang berbuah lebat.
Sementara di kebun, ia menanam 60-an batang cabai aneka jenis. Juga aneka sayuran daun mulai pakcoy, caisim, bayam, dan kangkung. Untuk sayuran buah, ada kacang panjang, tomat, dan mentimun.
Merawatnya pun mudah. Bila kemarau panjang, hanya perlu memastikan tanaman tidak kering. Selebihnya, hanya mengamati bila ada hama/penyakit. Hama pun bisa diusir dengan bumbu dapur.
Bertanam sayur di pekarangan sebenarnya pernah dilakukan orang tuanya dulu ketika awal-awal di lahan transmigrasi. Kala itu, lahan sawit belum menghasilkan sehingga untuk makan hanya menunggu jatah pemerintah yang terbatas.
“Orang tua dulu kan masih orang baru. Orang Bali di perantauan. Minta penduduk setempat, sebatang singkong, lalu ditanam. Dari sanalah bisa makan daun singkong, bisa makan singkong juga,” kata Khairil Anam, suami Neng.
Hal inilah yang dilakukan suami istri untuk menghijaukan pekarangan. Harapannya, hal yang dilakukan ini bisa dicontoh oleh tetangga-tetangganya. Sejauh ini, hasil panen pun sudah dirasakan oleh tetangganya.
“Meski hasilnya tidak menentu. Saya bisa dapat uang Rp 30 ribu- Rp 70 ribu dari menjual sayuran,” kata Neng. Hasil ini lumayan mengingat tidak perlu meninggalkan rumah.
PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Limau Field terus mendukung inisiatif-inisiatif kreatif yang lahir dari warga. Agar tepat sasaran, maka perlu penelitian sebelumnya sehingga bantuan tidak mubazir.
“Kami melakukan studi sebelum memberi bantuan. Kelompok Tani Tunas Hijau ini termasuk yang aktif untuk kami dukung karena sudah ada insiatif,” kata Gerry Diansyah, Community Development Officer. Bantuan untuk bertanam hortikultura ini antara lain benih sayur dan polibag. Sedangkan untuk pupuk, menggunakan pupuk yang dihasilkan dari rumah produksi pupuk dan pestisida organik. Sebuah bangunan terbuka di samping rumah yang dibangun oleh Pertamina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement