Pertumbuhan Ekonomi Bikin Penyaluran Kredit Terbang Tinggi di Triwulan I 2024
Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan I-2024 yang diterbitkan OJK menunjukkan bahwa perekonomian global masih terdivergensi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
OJK terus mencermati perkembangan volatilitas ekonomi global dan dampaknya kepada ekonomi domestik serta perbankan Indonesia. Hal tersebut dilakukan seiring dengan pengawasan perbankan secara individual yang intensif dan berkelanjutan yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan Indonesia pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, ditengah kondisi tersebut, ekonomi domestik mampu tumbuh kuat sebesar 5,11 persen (yoy). Pertumbuhan didorong oleh masih kuatnya konsumsi domestik dan investasi, serta naiknya ekspor dan pengeluaran pemerintah.
Baca Juga: Tumbuh 12,36%, Per Juni 2024 Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp7.478 Triliun
"Selain itu, pertumbuhan juga didorong oleh investasi sejalan berlanjutnya pembangunan infrastruktur pemerintah di berbagai wilayah salah satunya terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta tumbuhnya pengeluaran pemerintah seiring dengan kenaikan realisasi belanja barang terutama pada kegiatan pelaksanaan Pemilu 2024," kata Dian, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (8/8/2024).
Selanjutnya Dian mengatakan, ekonomi domestik yang tetap kuat dan stabil juga tecermin pada indikator perbankan sebagaimana terlihat pada pertumbuhan kredit (bank umum) yang masih cukup baik yaitu sebesar 12,40 persen (yoy), meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya (9,93 persen, yoy).
"Pertumbuhan kredit tersebut dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang antara lain didorong oleh permintaan yang solid pada pertumbuhan konsumsi dan investasi serta pengeluaran pemerintah. Di sisi lain, DPK juga masih tumbuh yaitu sebesar 7,44 persen (yoy) meningkat dari tahun sebelumnya (7,00 persen, yoy) sehingga menjadi salah satu faktor pendorong terjaganya likuiditas perbankan," tuturnya.
Dalam situasi demikian, kondisi likuiditas bank umum terpantau masih cukup memadai sebagaimana tecermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 121,05 persen dan 27,18 persen, masih jauh di atas threshold. Tingkat permodalan juga masih cukup solid dengan CAR sebesar 25,96 persen kendati menurun dari tahun sebelumnya (27,09 persen).
Baca Juga: Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia Normal Meski Dunia Terancam Resesi
Penurunan CAR utamanya didorong oleh kenaikan ATMR Kredit dan Pasar sejalan dengan penyaluran kredit yang tumbuh tinggi serta adanya penyesuaian perhitungan ATMR sehubungan dengan implementasi ketentuan ATMR Kredit yang mulai berlaku pada tahun 2024.
Lebih lanjut Dian menyampaikan, ke depan tetap perlu diperhatikan risiko perbankan utamanya risiko pasar dan risiko likuiditas di tengah masih tingginya ketidakpastian global seperti tingkat suku bunga global yang masih tinggi, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta kenaikan tensi geopolitik yang dapat berpotensi meningkatkan tekanan ekonomi domestik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement