Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) menekankan pentingnya kolaborasi. Upaya ini penting guna menghadirkan ekosistem yang baik bagi lingkungan, masyarakat hingga dunia usaha.
Terkait peran kolaborasi ini, Direktur Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut (PKEG) KLHK Mohammad Noor Andi Kusumah, melihat menjadi satu unsur penting. Terutama jika melihat 10 tahun terakhir dalam penerapan kebijakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Menurutnya, dengan kehadiran peran masyarakat dalam pengawasan akan berdampak lebih baik bagi pemerintah dan dunia usaha. Sebab, selama ini masyarakat yang paling merasakan langsung dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Baca Juga: KLHK dan Ombudsman Siap Cegah Maladministrasi dalam Industri Sawit
"Ketika kita pemerintah minta hanya dunia industri saja jangan mencemari lingkungan dengan baku mutu yang ada, tentu tidak terlalu efektif. Makanya juga diperlukan adanya kolaborasi dengan masyarakat. Salah satunya dengan menggandeng komunitas-komunitas lingkungan," ungkap Mohammad Noor Andi Kusumah dalam keterangan di Festival LIKE 2 Jakarta, Minggu (11/8/2024).
Dia menegaskan, kolaborasi pemerintah dengan masyarakat tidak hanya menyoroti peran dunia industri. Justru melalui kehadiran masyarakat maka kinerja pemerintah terkait kebijakan juga diawasi langsung.
Selain itu, KLHK juga mengapresiasi dunia industri yang semakin mendorong keberlanjutan, salah satunya terkait upaya pengurangan emisi karbon. KLHK mengapresiasi langkah PT Astra International Tbk atas inisiatif program eco-innovations dan inovasi sosial yang telah dijalankan untuk keberlanjutan bisnis dan kesejahteraan masyarakat.
Dari dunia usaha, PT Astra Internasional Tbk menyadari pentingnya kolaborasi sebagai unsur penting dari kehadiran inovasi berkelanjutan. Hal itu disampaikan Manager Decarbonization Astra Bima Krida Pamungkas dalam forum diskusi Festival LIKE 2.
Sejalan dengan KLHK, Astra dalam menjalankan industri berkelanjutan tidak hanya berkolaborasi dengan sesama industri melainkan juga menggandeng pemerintah dan masyarakat.
"Karena inovasi jika jalan sendiri tidak akan ada keberlanjutan, tentunya setelah inovasi harus ada kolaborasi dan terakhir adalah adaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada," ujar Bima.
Bentuk kolaborasi Astra dengan dunia industri, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap atau panel surya. Proyek itu dikerjakan melalui kerja sama EPN dengan PT Indonesia Comnets Plus (PLN Icon Plus) anak usaha PLN. Selain itu, pengembangan alternatif energi baru juga dijalankan oleh Astra melalui Astra Agro Lestari dengan membangun methane capture untuk memanfaatkan gas biomethane sebagai internal burner. Astra juga melakukan investasi ramah lingkungan melalui United Tractors di bidang geothermal, hydropower dan waste to energy.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Hijau, Astra Internasional Jalin Kolaborasi Dengan Kemendikbudristek
"Climate resilience is not an option. Tapi itu adalah kebutuhan bagi kita untuk bertahan di dunia yang senantiasa berubah" ungkap Bima.
Kemudian kolaborasi dengan masyarakat, Astra menghadirkan program Kampung Berseri Astra (KBA), yakni pengembangan masyarakat berbasis komunitas. Ada juga Desa Sejahtera Astra (DSA) yang bertujuan mendukung peningkatan perekonomian desa melalui penguatan komoditas.
Adapun capaian di 2023, Astra melalui program Green Energy telah menghemat ongkos produksi hingga Rp230 miliar. Termasuk mampu menghemat energi hingga 2.406 terajoule. Langkah ini sebagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 30 persen di 2030 sesuai program Astra 2030 Sustainability Aspiration.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement