Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahun Pertama Prabowo Dibayangi dengan Bea Keluar yang Anjlok

Tahun Pertama Prabowo Dibayangi dengan Bea Keluar yang Anjlok Prabowo | Kredit Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah yang menargetkan penerimaan dari bea keluar pada tahun 2025 ternyata mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan outlook pada tahun 2024. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, penerimaan bea keluar diprediksi hanya mampu menyentuh angka Rp4,47 triliun saja.

"Penerimaan bea keluar dalam RAPBN tahun 2025 diperkirakan sebesar Rp4.470,6 miliar," seperti dikutip dari Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025, Senin, (26/8/2024).

Penerimaan bea keluar, dengan target tersebut, berarti akan terkontraksi sebanyak 71,4% dibandingkan outlook pada tahun 2024 yang mencapai Rp15,6 triliun. Adapun salah satu penurunan target ini disebabkan oleh fluktuasi harga Crude Palm Oil (CPO).

Pemerintah pun menyebut bahwa harga komoditas dunia, khususnya yang dikenakan pungutan ekspor seperti kelapa sawit dan mineral, serta kebijakan pemerintah terkait ekspor komoditas terutama terkait hilirisasi sumber daya alam (SDA) turut memengaruhi penerimaan bea keluar dalam 5 tahun.

Adapun penerimaan bea keluar pada tahun 2020 tercatat tumbuh 21,3% seiring dengan kenaikan harga komoditas, terutama produk kelapa sawit dan tembaga. Peningkatan harga ini termasuk untuk komoditas CPO tetap berlanjut pada tahun 2021 terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan dunia dan suplai yang terbatas akibat dari lockdown pandemi Covid-19.

Baca Juga: Harapan Prabowo Implementasikan Minyak Nabati B50, Bisakah Terwujud?

Kemudian pada tahun 2022, tren peningkatan harga ini terus berlanjut yang disebabkan oleh konflik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada berkurangnya pasokan dunia dan hal tersebut membuat penerimaan bea keluar pada akhir 2022 tumbuh sebanyak 15,2%.

Pada tahun 2023, moderasi harga komoditas utama dunia terutama CPO serta menurunnya volume ekspor mineral serta penyesuaian tariff bea keluar produk mineral seiring dengan kemajuan hilirisasi SDA pun memberikan tekanan pada penerimaan bea keluar sehingga tercatat kontraksi sebanyak 65,9%.

“Selanjutnya penerimaan bea keluar pada tahun 2024 diperkirakan akan tumbuh 15% yang dipengaruhi terutama kebijakan relaksasi ekspor tembaga. Namun, pada 2025 penerimaan dari bea keluar ini diprediksi anjlok menjadi hanya Rp 4,47 triliun,”  jelas Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: