Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

GAPKI Beberkan Sebab Ekspor CPO Anjlok

GAPKI Beberkan Sebab Ekspor CPO Anjlok Pekerja memasukkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke dalam truk di salah satu tempat penampungan di Desa Seumantok, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Sabtu (7/12/2019). Pedagang pengumpul mengaku, sejak dua pekan terakhir harga TBS kelapa sawit mulai membaik dari Rp700 per kilogram menjadi Rp1.210 per kilogram. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekspor komoditas minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya tercatat menurun baik secara bulanan (mtm) yakni sebesar 36,67% maupun secara tahunan (yoy) sebesar 39,22% menurut Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun total volume ekspor CPO dan turunannya pada Juli 2024 hanya mencapai 1,62 juta ton atau menurun sekitar 2,67 juta ton (mtm).

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, pelemahan ekspor tersebut diakibatkan oleh harga minyak CPO dalam negeri yang relatif lebih mahal dibanding minyak nabati lainnya, khususnya minyak biji matahari.

Dirinya mencontohkan penurunan ekspor CPO ke China. Saat ini China dinilai sebagai pangsa pasar ekspor minyak sawit terbesar Indonesia, telah beralih ke minyak biji matahari beberapa waktu terakhir.

"Minyak sawit sekarang lebih mahal, sehingga mereka (China) melakukan pembelian banyak ke minyak matahari dan mengurangi minyak sawit," kata Eddy dalam Presstour Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian di Belitung, Selasa (27/8/2024).  

Melihat kondisi tersebut, dia mendesak pemerintah perlu melakukan fleksibilitas kebijakan fiscal untuk mendorong harga minyak sawit agar lebih kompetitif lagi.

Hal ini dikarenakan minyak sawit bukanlah satu-satunya minyak nabati di dunia. Eddy menyebut jika pangsa pasar minyak sawit hanya berkisar 33% dan 67% lainnya bersumber dari minyak nabati lainnya termasuk minyak biji bunga matahari.

"Jadi memang disini perlu kebijakan pemerintah paling tidak ada permainan instrumen fiskal, saat harga sawit kita tidak kompetitif kita turunkan saat kompetitif bisa naik kembali," ujarnya. 

Baca Juga: GAPKI Tegaskan DMO Minyakita Tidak Berdampak pada Ekspor CPO

Untuk diketahui, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti sebelumnya menjelaskan jika penurunan ekspor CPO dan turunannya terjadi di sejumlah negara tujuan ekspor. Misalnya, ekspor CPO ke India menurun sebanyak 59,31% (mtm) dan secara yoy turun sebanyak 67,50%.

Adapun ekspor CPO ke China juga melorot sebanyak 49,56% (mtm) dan 30,04% (yoy). Penurunan ekspor CPO tersebut juga terjadi ke Pakistan sebesar 17,78% (mtm) dan 18,62% (yoy).

Capaian ekspor CPO tersebut berbanding terbalik dengan bulan lalu. BPS pada bulan Juni 2024 mencatat hanya nilai ekspor CPO dan turunannya mengalami kenaikan secara bulanan. Kendati demikian, nilai ekspor CPO juga menurun secara tahunan.

Tercatat nilai ekspor CPO dan turunannya mengalami peningkatan sebesar 100,70% secara bulanan dan menurun 5,92% secara tahunan.

Sementara itu pada bulan Juni 2024 nilai ekspor CPO dan turunannya tercatat US$ 2,18 miliar. Sedangkan Mei 2024 nilainya US$ 1,08 miliar, kemudian Juni 2023 tercatat US$ 2,31 miliar. Ekspor CPO mengalami peningkatan karena didorong oleh peningkatan volume ekspor CPO.

Artinya ada permintaan yang meningkat dan peningkatan permintaan di pasar global ini dipenuhi CPO Indonesia.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: