Produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia diproyeksi akan anjlok lantaran cuaca kering dan penuaan pohon. Hal tersebut berpotensi memperketat pasokan global serta mengerek harga komoditas unggulan Indonesia tersebut.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bersama Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan produksi CPO tahun ini bakal stagnan atau bahkan 5% lebih rendah dari realisasi tahun lalu.
Pada tahun 2023, Indonesia tercatat memproduksi sekitar 54,84 juta ton CPO setelah 3 tahun mengalami penurunan produksi. Sementara itu untuk produksi tahun ini GAPKI memperkirakan sebesar 52 – 53 juta ton.
Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga memperkirakan cadangan CPO global bergerak ke level terendah dalam tiga tahun ini. pasalnya, Malaysia juga menghadapi masalah produksi akibat pohon-pohon sawit yang menua dan isu deficit tenaga kerja.
“Sekitar sepertiga wilayah penghasil minyak kelapa sawit utama di Indonesia mengalami curah hujan yang lebih rendah dari biasanya pada Juli, termasuk Sumatra dan sebagian Kalimantan,” kata Sekretaris Jenderal Gapki M. Hadi Sugeng, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (28/8/2024).
Hadi menilai jika tren tersebut akan berlanjut pada bulan ini. pihaknya juga memperkirakan produksi akan stabil 5% lebih rendah tahun ini jika dibandingkan dengan proyeksi Februari untuk peningkatan 5%.
Adapun Layanan Pertanian Luar Negeri AS memprediksi produksi CPO Indonesia menurun sebesar 2% dari Januari hingga Juni pada periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut dilansir dari laporan awal bulan ini.
Kekeringan menyebabkan pohon-pohon mengembangkan lebih banyak bunga jantan dan mengurangi volume tandan buah segar.
Baca Juga: GAPKI Tegaskan DMO Minyakita Tidak Berdampak pada Ekspor CPO
Penuaan Pohon
Pohon-pohon yang sudah menua juga menjadi masalah yang berkepanjangan bagi industri sawit di Indonesia.
“Bagi banyak petani kecil di negara ini, perkebunan mereka berusia lebih dari 25 tahun dan sangat perlu diperbarui untuk membantu meningkatkan hasil,” kata Ketua DMSI Sahat Sinaga.
Total produksi tandan buah segar (TBS) pun telah merosot hingga 700 kilogram (kg) per hektare di beberapa perkebunan. Padahal, sebelumnya 830 kilogram.
DMSI pun memperkirakan hasil Indonesia tahun ini akan turun 3%, dari perkiraan kenaikan pada Januari.
“Saya sangat khawatir, kejayaan Indonesia dalam minyak kelapa sawit bisa memudar jika tidak ada yang menyadari masalah ini,” kata Sahat, mengacu pada perkebunan yang menua.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement