Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono terang-terangan mengatakan perlunya kebijakan dari pemerintah agar harga minyak sawit bisa lebih kompetitif di pasar ekspor.
Hal itu terkait dengan peminatan China kepada minyak bunga matahari. Eddy menilai minyak sawit dari Indonesia harganya lebih mahal dibandingkan minyak nabati lainnya.
Baca Juga: GAPKI dan DMSI Khawatir Masa Depan Minyak Sawit Indonesia
"Minyak sawit ini harganya lebih mahal dibandingkan minyak bunga matahari, sehingga mereka (China) melakukan pembelian banyak, sehingga ada pengurangan impor (minyak sawit) mereka," kata Eddy saat berada di Belitung Timur, Bangka Belitung, beberapa waktu lalu.
Eddy mengatakan kebijakan dari pemerintah yang diperlukan bagi industri misalnya dengan memainkan instrumen fiskal.
“Harga minyak sawit dapat diturunkan sementara pada saat harga minyak sawit tidak kompetitif. Setelah kompetitif kembali, harga minyak sawit dapat dinaikkan kembali,” lanjutnya.
Baca Juga: Meski Produksi CPO Menurun, GAPKI Optimis Industri Sawit Tetap Produktif
Meskipun saat ini pangsa pasar global untuk minyak sawit mendominasi di antara minyak nabati lainnya, Eddy mengingatkan bahwa pangsa pasar minyak sawit hanya 33 persen. Artinya, masih ada pangsa pasar sebesar 67 persen untuk minyak nabati lainnya termasuk minyak bunga matahari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Laras Devi Rachmawati
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement