Kota Batam Kepulauan Riau (Kepri), yang dikenal dengan kota industri, diproyeksikan untuk bersaing dengan negara tetangga. Hanya saja, pengembangan masih harus mengejar ketertinggalan, terutama setelah masuk era digital.
Misalnya, pengembangan infrastruktur, seperti bandara dan pelabuhan logistik, relatif lamban dibandingkan pesaingnya di kawasan regional seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam, Rafki Rasyid, mengatakan bahwa infrastruktur jalan di Batam baru berkembang 5 tahun terakhir. Sebelumnya, penambahan panjang jalan relatif lambat. Jika dibandingkan, Batam masih tertinggal dengan Johor Malaysia yang sudah memiliki infrastruktur jalan sangat baik 10 tahun lebih dulu.
"Ditambah dengan infrastruktur pelabuhan dan Bandara Batam yang baru akan dikembangkan tahun ini. Pelabuhan Batu Ampar Batam baru memiliki 1 STS crane. Begitu juga pengembangan Bandara sebagai transit hub logistik, baru mulai dikembangkan tahun ini," katanya, Selasa (3/9/24).
Jadi secara infrastruktur, diakui Rafki masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Lantaran harus mengejar ketertinggalan dari negara saingan di kawasan regional. Selain itu tarif logistik di Batam juga relatif mahal akibat pengiriman kontainer harus transit di Pelabuhan di Singapura terlebih dahulu.
Baca Juga: Dukung Pengembangan Investasi, Menko Airlangga Apresiasi Kinerja BP Batam
"Meski, belum lama ini sudah mulai dibuka pengiriman langsung logistik ke China dari Batu Ampar, Batam, tapi kapasitasnya masih relatif kecil dan negaranya terbatas," ujarnya.
Perkembangan industri di Batam, kata Rafki, perlahan mulai mengalami pergeseran. Jika sebelumnya didominasi oleh sektor elektronik, maka di masa depan akan lebih beragam seperti industri digital dan data center, industri EBT, bahkan juga industri semikonduktor yang memiliki teknologi tinggi.
"Dengan kehadiran perusahan yang baru diresmikan oleh dua Menteri belum lama ini. Tentunya ini angin segar, karena industri yang hadir menjadi beragam dan mengadopsi teknologi terkini. Hanya saja kemungkinan dampaknya terhadap pembukaan lapangan pekerjaan yang akan mengecil," jelasnya.
Selain itu tantangan lainnya adalah ada kesan setengah hati dari pemerintah pusat mendorong Batam sebagai daerah tujuan investasi, utamanya investasi asing. Karena ada sebagian perizinan yang masih belum dilimpahkan kewenangan pengurusannya kepada otoritas di Batam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement