Corporate Secretary PT United Tractors Tbk (UNTR), Sara K Loebis dalam Media Day Astra menyebut jika PT Astra International Tbk (ASII) melalui anak usahanya UNTR dan PT Agro Lestari Tbk (AALI) memaparkan dampak bahwa fenomena cuaca La Nina terhadap produktivitas pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) milik perseroan.
Untuk diketahui, UNTR dan AALI merupakan entitas usaha Astra yang masing-masing secara berurutan bergerak di bidang kontraktor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Siap Alokasikan 30-40% Capex untuk Replanting Kebun Sawit
Dalam acara tersebut, Sara menjelaskan bahwa produktivitas batu bara dan CPO akan melandai seiring dengan curah hujan yang kian tinggi karena baik pertambangan dan perkebunannya licin.
“Planning kami, pasti ada musim hujan di kuartal terakhir dan pertama, di musim kering biasanya menggenjot supaya bisa lebih cepat mencapai titik tertentu. Saat musim hujan range pekerjaan agak melandai, lokasi tambang licin, pergerakan alat berat lebih susah,” ujar Sara, Rabu (18/9/2024).
Kendati demikian, dia juga mengungkapkan adanya sisi positif dari curah hujan yang tinggi. Di antaranya adalah menyebabkan aliran sungai yang lebih lancar yang mana hal itu merupakan jalur kapal tongkang pengangkut batu bara milik perseroan dari Kalimantan Tengah ke pesisir Kalimantan Selatan.
“Positifnya hujan cukup banyak, dari sisi penjualan batu bara, di Kalimantan agak ke tengah harus diantarkan ke selatan sejauh 400 kilometer (km). Kalau kering, sungai agak cetek, kalau hujan kami syukuri karena bisa kami lewati,” kata Sara.
Dalam acara yang sama, Fenny Anggraeni Sofyan selaku Vice President Communications and Public Affairs AALI mengatakan bahwa curah hujan tinggi ini akan mengakibatkan produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit perseroan akan meningkat.
Kendati demikian, curah hujan yang tinggi juga bisa menyebabkan operasional perseroan akan terkendala seiring dengan tingginya muka air perkebunan kelapa sawit yang berada dia atas standar.
Untuk diketahui, peringataan dini kekeringan dalam level Waspada, Siaga, dan Awas dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di beberapa wilayah Idnonesia seiring dengan tanda-tanda fenomena La Nina yang saat ini masih belum tampak di Indonesia.
Baca Juga: Bahlil Tegaskan Batubara Masih Terus Digunakan dalam Bauran Energi Nasional, Tapi Ada Syaratnya
BMKG, berdasarkan hasil analisis perkembangan musim kemarau di Indonesia Dasarian I September 2024 tercatat sebanyak 64% Zona Musim (ZoM) Indonesia untuk musim kemarau.
Adapun La Nina sendiri merupakan kondisi anomaly iklim global berupa keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan dengan suhu normalnya.
Baca Juga: Bukan Tergantung Prabowo, Jokowi Ungkap Faktor Utama Pindahnya Ibu Kota ke IKN
Sebagian besar wilayah Indonesia ketika La Nina terjadi akan mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20 hingga 40%. Kondisi ini bisa terjadi pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement