Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Pengelola dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Prayudi Syamsuri, mengungkapkan bahwa Kementan dalam skenario jangka pendek membuka peluang pemenuhan bahan baku (feed stock) yang dilakukan melalui pengalihan ekspor minyak sawit mentah secara bertahap.
"Dalam jangka pendek, yang bisa kita alihkan adalah tujuan ekspor yang mungkin akan kita kurangi bertahap," ujar Prayudi.
Baca Juga: Sukses Jadi Role Model Hilirisasi Industri, Kemenperin Dukung Riset Sawit
Posisi produksi minyak sawit Indonesia, kata dia, saat ini mencapai 54,8 juta ton per tahun yang mana 31,6 juta ton di antaranya merupakan alokasi ekspor.
Maka dari itu, Kementan menawarkan simulasi di mana 5,7 juta kiloliter (kl) dari alokasi ekspor sebesar 31,6 juta ton bakal dialihkan untuk menambah bauran biodiesel menjadi B50. Alhasil, konsumsi domestik untuk minyak goreng dan sebagainya berada pada level 12,6 juta ton.
"Ekspor kita ambil 5,7 juta kl saja itu bisa menambah persentase biodiesel ke B50, artinya ada tambahan 5,7 juta [kl] kita ambil untuk kita alihkan dalam posisi menambah persentase biodiesel sehingga bisa jadi B50," ujarnya.
Baca Juga: Peneliti ITB Buat Markah Jalan dari Gliserol Sawit
Untuk diketahui, berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, angka sementara 2023, kelapa sawit memiliki lahan seluas 16,8 juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton. Sementara itu, konsumsi CPO dalam negeri digunakan untuk 3 kebutuhan, yakni pangan, oleokimia dan biodiesel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement