Demi Pemerataan, Wasekjen NPC Indonesia Harap Pemerintah Daerah Optimalkan Pembinaan Atlet
Wakil Sekretaris Jenderal National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto, menegaskan bahwa Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII yang digelar di Kota Solo menjadi titik awal identifikasi sekaligus pembinaan bagi para atlet disabilitas unggul yang melangkah lebih jauh di event internasional seperti Paralimpiade 2028 dan 2032.
PEPARNAS ke-17 ini dianggap tidak hanya menjadi ajang kompetisi olahraga bagi atlet disabilitas saja, melainkan juga momentum penting dalam menyeleksi atlet muda potensial untuk mewakili Indonesia di kancah Internasional. Adapun upaya identifikasi bakat sendiri telah dimulai dari tingkat daerah melalui 35 NPC provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Juara Pararenang PEPARNAS XVII Minta Daerah Lakukan Pemusatan Pelatihan Atlet
"NPC di setiap kota dan kabupaten berperan penting dalam menjaring dan mengidentifikasi bakat para atlet disabilitas. Mereka melakukan pendekatan langsung ke komunitas, keluarga, dan juga melalui kejuaraan-kejuaraan lokal," ujarnya dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema ‘Pekan Paralimpiade Nasional 2024 untuk Indonesia Ramah Difabel’, Rabu (9/10/2024).
Para atlet tersebut setelah proses identifikasi, akan dipersiapkan lebih lanjut melalui pemusatan latihan nasional (Pelatnas) yang fasilitasnya kian meningkat berkat dukungan dari pemerintah. Fasilitas dari pemerintah di tingkat pusat sendiri dia klaim sudah baik, akan tetapi peran pemerintah daerah diharapkan lebih optimal lagi agar pembinaan bisa lebih merata.
Rima mengamati bahwa masih ada beberapa daerah yang masih belum memberi perhatian maksimal terhadpa potensi pencarian bibit-bibit unggul atlet disabilitas baik dalam bentuk pelatihan maupun dukungan fasilitas itu sendiri.
"Ada daerah yang mengirimkan atletnya dengan latihan minim, mungkin hanya sekitar satu minggu sebelumnya. Bahkan ada juga yang mengirimkan tanpa ada latihan sama sekali," imbuhnya.
Baca Juga: APSF Puji Gelaran PEPARNAS XVII 2024, Sebut Jadi Percontohan di Asia Tenggara
Perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap olahraga disabilitas menurutnya jauh lebih meningkat sejak Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2011 lalu. Bahkan, profesi atlet disabilitas kini mulai dipandang sebagai profesi yang cukup menjanjikan, khususnya setelah pemerintah memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka yang berlaga.
"Contohnya, Leani Ratri Oktila, atlet bulu tangkis yang menerima penghargaan tertinggi dalam sejarah olahraga Indonesia," jelasnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga berusaha membangun koneksi ekosistem yang mendukung para atlet disabilitas, mulai dari identifikasi bakat, pembinaan, hingga pengembangan fasilitas.
Maka dri itu, ajang PEPARNAS 2024 diharapkan tidak hanya menjadi ajang seleksi belaka, melainkan tempat bagi banyak atlet untuk memecahkan berbagai rekor nasional yang telah lama bertahan. Alhasil, Closing Ceremony Peparnas 2024 dapat menjadi "pesta kemenangan" bagi seluruh atlet, baik yang berhasil meraih medali maupun yang belum.
“Ajang ini bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga merayakan semangat juang dan prestasi yang diraih para atlet disabilitas. Kami berharap nanti ada banyak pemecahan rekor nasional, serta menemukan atlet-atlet muda yang berpotensi,” pungkasnya.
Dengan semangat yang tinggi, Peparnas 2024 diharapkan tidak hanya menghasilkan prestasi di dalam negeri, tetapi juga mempersiapkan atlet potensial yang mampu bersaing di pentas dunia, membawa nama Indonesia semakin harum di kancah internasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement