Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investor Harus Tahu! Inilah Alasan Mengapa Oktober Selalu Menarik di Pasar Saham

Investor Harus Tahu! Inilah Alasan Mengapa Oktober Selalu Menarik di Pasar Saham Kredit Foto: Sucor
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bulan Oktober kerap dianggap istimewa di pasar saham karena volatilitas yang sering terjadi dan menjadi penanda awal kuartal keempat. Seperti suasana Halloween yang penuh kejutan, Oktober juga sering menghadirkan pergerakan tak terduga di pasar modal. Dalam rangka menyambut bulan ini, Sucor Sekuritas mengadakan acara Halloween Strategybertajuk Sunda Kelapa Market Meneer – An Insight to The Market’s Maneuver, pada 15 Oktober 2024 di Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Acara ini menghadirkan lebih dari 100 peserta, termasuk financial influencer dan pemenang kompetisi stock wars. Pada kesempatan ini, Sucor Sekuritas juga meresmikan batch kedua Stock Wars Trading Competition 2024, dengan pendaftaran dibuka hingga 29 Oktober dan total hadiah mencapai Rp300 juta.

Baca Juga: Generasi Muda Mendominasi! Investor Pasar Modal Indonesia Cetak Rekor Setelah Tembus 14 Juta SID

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menegaskan pentingnya acara ini dalam meningkatkan literasi pasar modal. "Nilai transaksi pasar modal kita terus tumbuh, mencapai rata-rata Rp13 triliun per hari dengan 14 juta SID. Optimisme investor terus meningkat, dan di balik suasana horor Halloween Strategy, terdapat peluang besar untuk memaksimalkan keuntungan," ujarnya.

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menyatakan bahwa Oktober adalah bulan menarik bagi investor, terutama mereka yang menerapkan strategi buy and hold. "Strategi ini telah digunakan selama ratusan tahun, di mana investor membeli saham di bulan Oktober dan menahannya hingga kuartal pertama tahun berikutnya untuk memaksimalkan keuntungan," jelasnya.

Baca Juga: BI Rate dan Suku Bunga The Fed Dipangkas, Begini Dampaknya bagi Pasar Modal

Ahmad Mikail, Ekonom Sucor Sekuritas, dalam presentasi market outlook menyebut bahwa saat ini Indonesia berada di tengah second commodity supercycle. Ia memperkirakan bahwa sektor-sektor seperti properti, infrastruktur, dan konsumer akan mendapat keuntungan besar dari penurunan suku bunga. "Dengan adanya second commodity supercycle, indeks saham bisa naik hingga 5-6 kali lipat dari level saat ini," ungkap Mikail.

Namun, Ahmad Mikail juga mengingatkan akan risiko konflik antara Iran dan Israel yang bisa mengguncang stabilitas keuangan global. Meski begitu, ia optimistis bahwa pasar saham Indonesia berpotensi mencapai indeks 10.000 pada tahun depan, seiring peringkat kredit Indonesia yang diproyeksikan naik menjadi BBB+. "Bond yield diperkirakan mencapai 5%, dan harga emas bisa melonjak hingga 3.000 dolar jika The Fed memangkas suku bunga," tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: