Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Surplus Ekspor Perikanan Meningkat 7,2 Persen hingga Kuartal III 2024, Tercatat Rp60,7 Triliun

Surplus Ekspor Perikanan Meningkat 7,2 Persen hingga Kuartal III 2024, Tercatat Rp60,7 Triliun Pekerja menjemur ikan asin di Cilincing, Jakarta, Kamis (23/11/2023). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan ekspor produk perikanan hingga September 2023 mencapai 4,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp64,1 triliun,. | Kredit Foto: Antara/Erlangga Bregas Prakoso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat surplus neraca perdagangan komoditas perikanan periode Januari-September 2024 atau hingga kuartal III 2024 sebesar USD3,87 miliar atau dalam kurs rupiah senilai Rp60,7 triliun (Rp 15.688 per dolar AS).

Angka surplus tersebut meningkat 7,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga menjadi kado spesial hari ulang tahun (HUT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ke-25 yang tepat berlangsung pada Sabtu (26/10/2024).

Baca Juga: Didukung Pj Gubernur Teguh, 450 Korban Kebakaran Manggarai Gratis Biaya Sewa Rusun Pasar Rumput

"Dengan surplus perdagangan yang semakin besar, Indonesia berhasil mempertahankan posisinya sebagai negara net eksportir produk perikanan. Tentu ini kado dari HUT KKP ke-25, semoga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional," terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistiyo, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, dikutip Senin (28/10).

Budi mengatakan, nilai ekspor produk perikanan Indonesia hingga September 2024 mencapai USD 4,23 miliar dengan total volume ekspor sebesar 1,02 juta ton. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan sebesar 3,1% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan signifikan terjadi pada Agustus 2024. Di bulan tersebut, volume ekspor meningkat 34,2% dan nilanya tumbuh 10,7% dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. 

Dikatakan Budi, peningkatan ini menjadi penanda positif bagi kinerja ekspor perikanan nasional. Adapun Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pasar utama bagi produk perikanan Indonesia dengan nilai ekspor mencapai USD 1,38 miliar atau 32,6% dari total ekspor perikanan.

"Kabar baiknya, pasar ekspor ke negara lain mengalami peningkatan," tuturnya.

Budi mengurai, ekspor perikanan ke Tiongkok mengalami pertumbuhan 7,8%, dan negara ASEAN meningkat sebesar 18,7%. Dia menegaskan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa menjadi pasar penting mengingat masing-masing menyumbang USD 569,75 juta (13,5%) dan USD 309,41 juta (7,3%) terhadap total ekspor produk perikanan Indonesia. Bahkan peningkatan terbesar terlihat pada ekspor ke Uni Eropa yang tumbuh 23,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

"Ini menunjukkan potensi besar bagi pasar Eropa yang dapat terus dimaksimalkan oleh pelaku usaha perikanan Indonesia," jelas Budi.

Adapun produk perikanan utama pada periode ini terdiri dari beberapa komoditas unggulan seperti udang yang menjadi komoditas ekspor terbesar dengan nilai mencapai USD 1,18 miliar atau 28,1% dari total ekspor produk perikanan Indonesia. Selain itu, komoditas lain seperti Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) dan Cumi-Sotong-Gurita (CSG) mengalami peningkatan signifikan, masing-masing tumbuh 7,9% dan 24,7%. 

Kemudian peningkatan sebesar 40,4% pada ekspor Rajungan-Kepiting juga memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan nilai ekspor keseluruhan. "Peningkatan ekspor CSG terutama didorong oleh permintaan yang kuat dari Tiongkok dan ASEAN," katanya. 

Di saat yang sama, impor Indonesia mencatatkan penurunan yang signifikan hingga 26,2% hingga September 2024. Angka tersebut mencapai USD 366,98 juta dengan volume sebesar 212,49 ribu ton. 

"Penurunan impor ini menjadi sinyal baik bagi surplus neraca perdagangan perikanan kita," tutur Budi.

Senada, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Erwin Dwiyana mengatakan negara asal impor terbesar adalah Tiongkok dengan nilai mencapai USD 64,96 juta atau 17,7% dari total impor perikanan. Angka tersebut menurun 42,6% dibanding tahun sebelumnya. Dia mengatakan penurunan terbesar terjadi pada impor Makarel dan Rajungan-Kepiting, yang masing-masing turun lebih dari 50%.

"Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan ekspor produk perikanan melalui berbagai strategi," ujar Erwin. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: