Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB University), Sudarsono Soedomo, mengungkapkan tiga hal yang harus diperhatikan pemerintah agar mewujudkan tata kelola industri sawit yang berkelanjutan.
Tiga hal tersebut di antaranya inventarisasi permasalahan dan lahan, pendekatan yang fokus pada pembinaan, serta integrasi data secara nasional.
Baca Juga: GAPKI: Eropa Bakal Tetap Membutuhkan Sawit
Adapun tujuan inventarisasi permasalahan dan lahan menurut Sudarsono bertujuan untuk mengetahui potensi, serta tantangan yang ada di lapangan. Sehingga, bisa segera dibuat solusi yang memberikan pemajuan bagi industri sawit dalam negeri.
"Siapa saja ini pemainnya, terus lahannya di mana saja, mari kita inventarisasi semuanya, terus bilang apa masalah yang dihadapi," kata Sudarsono, Senin (11/11/2024).
Kemudian, apabila sudah dilakukan inventarisasi permasalahan serta lahannya, maka pemerintah sebaiknya menerapkan pendekatan yang membina serta merangkul seluruh pemangku kepentingan di sektor tersebut.
"Namun apabila melalui pemberian hukuman bisa lebih memberikan manfaat bagi masyarakat, tidak apa-apa," jelasnya.
Pemerintah, ucap dia, perlu juga membuat integrasi data terkait sawit Indonesia. Dimulai dari hasil produksi hingga hal kecil lainnya seperti tingkat temperature perkebunan sawit di Tanah Air. Nantinya, hasil tersebut bisa diakses oleh para konsumen secara global.
Di sisi lain, Eddy Martono selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan bahwa produksi sawit sampai Agustus 2024 mencapai 34,7 juta ton. dalam periode yang sama, ekspor termasuk biodiesel dan oleokimia mencapai lebih dari 20,1 juta ton.
Ekspor ini menyumbangkan devisa sekitar 17.349 juta dolar AS bagi Indonesia dengan konsumsi domestik tercatat di angka 15.6 juta ton.
Baca Juga: Ketar-ketir, Importir Bersiap Hadapi Mengecilnya Pasokan Sawit Indonesia
"Tapi kinerja itu lebih rendah dari tahun kemarin. Selama periode yang sama tahun lalu, produksi sawit mencapai 36.2 juta ton, ekspor 21.9 juta ton, dan nilainya melebihi 20,597 juta dolar AS,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement