Laporan Permata Bank: Ekonomi RI Diproyeksikan Tumbuh 5,15% di 2025, Ini Penopangnya
Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) meluncurkan laporan Economic Outlook 2025 bertajuk “Economic Forces at Play: Balancing Domestic Drivers and Global Uncertainty”, Selasa (3/12/2024) di Jakarta. Laporan ini membahas prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global dan kekuatan domestik yang akan mendukung daya tahan dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 mendatang.
Dalam laporan Economic Outlook 2025, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap stabil di level 3,2% pada 2025, meskipun terdapat divergensi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan berkembang. Di Amerika Serikat, kebijakan berorientasi domestik diprediksi akan berimplikasi pada inflasi di atas target Fed yakni 2%, sehingga terdapat potensi bahwa bank sentral AS memiliki ruang penurunan suku bunga 50 bps pada 2025 menjadi 3,75%-4,00%.
Di sisi lain, harga energi global terus menurun sejak puncaknya pada 2022, sementara harga komoditas utama Indonesia seperti minyak mentah, batu bara, dan CPO diperkirakan melanjutkan tren penurunan akibat peningkatan produksi minyak mentah, permintaan batu bara yang terbatas, dan normalisasi produksi CPO.
Baca Juga: Bos Bangkok Bank Ungkap Perjalanan Akuisisi Permata Bank
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,15% dimana konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian. Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS), perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.
"PDB tahun ini diperkirakan tumbuh di kisaran 5,1–5,2 persen, seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya. Namun, dengan berbagai pergerakan ekonomi yang ada, pertumbuhan PDB secara keseluruhan diperkirakan berada di sekitar 5 persen," ujar Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede.
Sementara untuk investasi PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), kami perkirakan tahun depan akan tumbuh di kisaran 5 persen. Hal ini didukung oleh optimisme pasca-pemilu yang diharapkan dapat memulihkan minat investasi. "Secara spesifik, investasi PMTB diproyeksikan tumbuh hingga 5,8 persen," pungkasnya.
Lebih lanjut Dia menjelaskan, proyeksi optimis ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung.
"Karena itu, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Kami percaya bahwa memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global," kata Josua.
Di sisi lain, inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia di 3,12%. Meskipun, kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12% pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.
Nilai tukar rupiah juga diperkirakan menguat di rentang Rp15.200 - Rp15.700/USD, hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk. Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed.
Menurut Josua, investasi di Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh, didukung oleh penurunan biaya pinjaman dan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan UMKM.
Baca Juga: Optimis atau Pesimis? Ini Prediksi Bankir soal Nasib Ekonomi Indonesia di Bawah Kuasa Prabowo
“Meskipun terdapat risiko eksternal seperti tarif perdagangan baru AS dan penguatan inflasi global, Indonesia tetap memiliki prospek pertumbuhan yang positif. Hal ini diperkuat dengan inisiatif diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan memperkuat daya saing global,” tambah Josua.
Hingga tahun 2024, PIER telah merilis lebih dari 100 riset yang mendukung mitra strategis Permata Bank dalam menavigasi keputusan bisnis di berbagai sektor. Ribuan orang telah ikut berpartisipasi dalam seminar dan terpapar publikasi PIER.
Selain itu, PIER juga berkolaborasi dengan Bangkok Bank untuk memfasilitasi riset pasar ASEAN, menekankan peran penting Indonesia di kawasan ASEAN. Hal ini menunjukkan upaya PIER untuk menjembatani berbagai pemangku kepentingan melalui dialog dan penyediaan informasi berbasis data yang dapat diandalkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement