Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK2) di kawasan Jakarta Utara diprediksi akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Bahkan, sejauh ini proyek pengembangan PIK2 yang sedang berlangsung telah meningkatkan perputaran ekonomi bagi warga sekitar.
Hal tersebut disampaikan Founder LQ Indonesia Lawfirm, Alvin Lim menanggapi kritikan budayawan Eros Djarot yang menyebut PIK2 mengancam keadilan sosial dan kebhinekaan.
"PIK2 ini adalah pembangunan yang berkelanjutan. Artinya, PIK akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, jadi tidak ada kesenjangan sosial seperti apa yang dikatakan Eros Djarot," kata Alvin Lim dalam YouTube Quotienttv, Minggu (15/12/2024).
Lebih lanjut, Alvin Lim menjelaskan, dalam mewujudkan PIK2 sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, Agung Sedayu telah mengembangkan kawasan green area dan eco-city yang disebut Tropical Coastland dengan dilengkapi kawasan wisata mangrove.
Harapannya kawasan ini dapat menjadi destinasi pariwisata baru yang berbasis hijau guna menarik para wisatawan. Sehingga menjadi pertumbuhan pusat ekonomi baru di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
"Justru kedepannya PIK2 akan menjadi pusat ekonomi baru yang memiliki daya tarik kuat serta mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan," tuturnya.
Sementara itu, Firdaus Oiwobo menyebut bahwa Agung Sedayu Group turut menerapkan pilar ekonomi dalam membangun PIK2. "Proyek PIK2 ini memiliki program Pemberdayaan Masyarakat di bidang Ekonomi, seperti workshop pemberdayaan perempuan hingga program pertanian dan peternakan," ucapnya.
Baca Juga: Bidik Pasar Furniture Kelas Atas Indonesia, SOGAL Resmi Buka High-End Custom Showroom di PIK 2
Sebelumnya, melalui akun YouTube Abraham Samad, Eros Djarot menegaskan bahwa keberadaan PIK2 tidak hanya mengancam keadilan sosial tetapi juga merusak peradaban lokal dan kebhinekaan bangsa.
Menurut Eros Djarot pengembangan kawasan PIK yang bersifat eksklusif semakin memperlebar kesenjangan sosial antara warga kaya yang tinggal di dalam kawasan tersebut dan warga lokal yang terpinggirkan di luar.
“Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin menjadi terlalu dalam. Warga lokal bukan hanya dimiskinkan, tetapi juga tergusur oleh proyek mewah ini,” ujarnya.
Eros Djarot menilai bahwa klaim PIK sebagai kawasan ‘eksklusif’ telah menimbulkan ketegangan sosial yang bisa berpotensi memicu konflik. Dia juga menyinggung tentang pengaruh besar yang dimiliki oleh pengembang PIK yang menurutnya memperburuk keadaan.
“Gara-gara ulahnya rasialisme kembali muncul. Mereka mengorbankan bangsanya sendiri demi keuntungan pribadi. Ini bahaya, ini menghancurkan kebhinekaan Indonesia,” kata Eros Djarot.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement