Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potensi Jaga Devisa dan Lingkungan, Ini Sederet Fakta Bioplastik Berbahan Sawit

Potensi Jaga Devisa dan Lingkungan, Ini Sederet Fakta Bioplastik Berbahan Sawit Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Plastik saat ini sudah menjadi salah satu bagian penting yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Pasalnya, sifatnya yang awet, serbaguna, lentur, harganya murah dan tahan air membuat penggunaan plastik terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat serta industri.

Tercatat, lebih dari 40% penggunaan plastik digunakan untuk keperluan pengemasan dan sisanya digunakan sebagai aplikasi bangunan dan konstruksi, tekstil, produk furniture, serta lainnya.

Baca Juga: Dukung Iklim Riset Sawit Berkelanjutan BPDPKS Gelar Program Grant Riset Sawit, Tertarik Daftar?

Kendati plastik memberikan sumbangsih signifikan dalam kehidupan manusia, di sisi lain plastik juga menjadi polutan yang berbahaya bagi ekosistem serta kesehatan manusia. Plastik yang terbuta dari penyulingan gas dan minyak yang bukan tergolong sebagai senyawa biologis ini tak pelak menjadikan plastik memiliki sifat yang non-biodegradable alias sangat sulit terurai.

Plastik diperkirakan butuh waktu 100 bahkan 500 tahun untuk dapat terurai dengan sempurna. Lambannya waktu tersebut mengakibatkan sampah plastik mencermari apa saja, dari tanah, air, hingga udara. 

Hal tersebut tentu berdampak serius pada kelangsungan hidup di muka bumi. Sampah plastik sendiri juga berpotensi terbelah menjadi potongan dan partikel kecil atau mikroplastik yang bisa masuk ke dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Mikroplastik tersebut bisa menimbulkan banyak penyakit seperti stroke, ISPA, hingga kanker.

Sekarang, banyak peneliti yang berlomba-lomba menghasilkan plastik yang bisa dengan mudah terurai sehingga ramah lingkungan dengan beralih dari plastik konvensional ke bioplastik. 

Bioplastik sendiri merupakan plastik ramah lingkungan yang secara alami mudah terdegradasi sehingga setelah habis pakai dan dibuang, mudah hancur terurai oleh mikroorganisme tanpa meninggalkan zat maupun partikel beracun.

Adapun salah satu bahan organik yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan bioplastik adalah sawit, tepatnya tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Diketahui, limbah biomassa sawit tersebut mengandung selulosa, lignin, serta hemiselulosa. Sehingga, TKKS berpotensi serta cocok untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioplastik sawit.

Di sisi lain, selulosa TKKS bisa menghasilkan salah satu senyawa kimia berupa asam laktat. Asam laktat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa poli asam laktat (PKA).

Kemudian, dari polimer tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti polimer konvensional misalnya Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene terephthalate (PET), maupun polystyrene (PS).

Berdasarkan riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang dikutip Jumat (27/12/2024), PLA dari TKKS yang mengandung banyak selulosa serta hemiselulosa sebagai sumber glukosa tersebut berpotensi besar untuk dikonversikan menjadi asam laktat.

Hal tersebut diproses melalui fermentasi oleh bakteri, dan asam laktat tersebut dipolimerisasi menjadi PLA. PLA ini tidak hanya berasal dari biomassa TKKS saja, melainkan juga bisa didapat dari gliserin sebagai joint product biodiesel sawit.

Lebih lanjut, berdasarkan penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), bioplastik sawit ramah lingkungan berbasis biomassa TKKS tersebut bisa dihasilkan melalui penerapan nanoteknologi pada selulosa. Penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan karakteristik mekanik polimer bioplastik sawit sehingga dapat menghasilkan produk bioplastik sawit dengan kualitas yang lebih baik daripada produk sejenis di pasaran.

Lebih lanjut, produk bioplastik sawit yang dikembangkan dari sumber daya alam di Indonesia ini bisa menjadi solusi atas membengkaknya devisa yang dikorbankan oleh Indonesia untuk mengimpor petrokimia sebagai bahan baku yang digunakan dalam memproduksi plastik.

Adapun keunggulan dari bioplastik berbasis sawit ini di antaranya adalah bioplastik bisa dengan mudah terurai secara alamiah sehingga tidak mengotori lingkungan. Selain itu, bioplastik ini terbuat dari bahan organik dan tidak bersifat beracun serta mengganggu kesehatan.

Baca Juga: Tak Hanya Sampah, Limbah dari Sawit Ini Bisa Diolah Jadi Produk Bergengsi

Kemudian, bioplastik berbasis sawit yang dihasilkan dari dalam negeri sendiri akan menghemat devisa impor plastik sekitar US$7 milliar. Terakhir, bioplastik sawit ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi salah satu eksportir biji bioplastik sawit di dunia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: