- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Bahlil Tak Terima Alasan Freeport Soal Smelter Gresik, Target Juni Jadi Harga Mati!
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menolak rencana PT Freeport Indonesia (PTFI) yang menargetkan smelter barunya di Gresik beroperasi penuh pada Agustus 2025. Smelter yang sempat terbakar pada Oktober 2024 itu diminta untuk dipercepat sehingga rampung pada Juni 2025.
"Kemarin saya sudah rapat sama Freeport, saya minta untuk dipercepat. Awalnya itu kan mereka bikin (putusan) di Bulan 8, tapi sekarang kita tarik ke dia mungkin selesainya di Mei-Juni. Juni ya," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/1/2024).
Smelter PTFI yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, sebelumnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 September 2024. Namun, kebakaran pada 14 Oktober 2024 mengakibatkan kerusakan pada beberapa komponen teknis. Meski begitu, Bahlil menilai kerusakan yang terjadi seharusnya tidak menjadi alasan untuk menunda ramp-up.
"Sebenarnya hanya sekitar 5 atau 6 persen dari total komponen pabriknya, sebenarnya itu konslet kemarin itu. Tapi yang emasnya kan udah jalan. Emasnya udah jalan. Jadi itu hanya bagian komponen kecil dan memang perintil-perintilnya banyak," jelasnya.
Baca Juga: ESDM Tegaskan Belum Ada Pengajuan Resmi Relaksasi Ekspor dari Freeport
Izin ekspor konsentrat PTFI sendiri telah habis pada 31 Desember 2024. Saat ini, perusahaan tersebut tengah mengajukan relaksasi ekspor ke pemerintah. Namun, hingga kini, pengajuan formal itu belum diterima oleh Kementerian ESDM. "Kalau secara formal belum ada," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, Jumat (3/1/2024).
Bahlil menyatakan bahwa keputusan mengenai pengajuan izin ekspor akan dibahas dalam rapat kabinet bersama Presiden Prabowo Subianto dan beberapa kementerian terkait. "Lewat rapat (diputuskannya). Karena kan memang (izin ekspor) ini undang-undang ya. Ini namanya aturan ya pasti lewat rapat, rapat pasti (bersama) Menteri Teknis, Menteri Keuangan, Menko, Menteri Perindustrian pasti akan memutuskan," ujarnya.
Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Perekonomian, Elen Setiadi, mengungkapkan bahwa ramp-up smelter ini diperkirakan baru mencapai 40% dari kapasitas maksimal pada Juli 2025. Kapasitas penuh smelter yang dirancang untuk mengolah hingga 1,7 juta ton konsentrat per tahun masih jauh dari target yang diminta pemerintah.
Baca Juga: Kembali Meleset, Smelter Freeport Baru Bisa Beroperasi di Semester I 2025
"Kondisinya masih enam bulan lagi, ramp-up baru selesai semester pertama. Juli nanti hanya mencapai 40% dari kapasitas," terang Elen.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, juga mengonfirmasi bahwa smelter baru tersebut saat ini masih dalam kondisi berhenti total akibat proses perbaikan. "Masih full berhenti. Kalau lagi perbaikan kan nggak mungkin produksi. Karena itu kan capture H2SO4," jelasnya.
Tony menambahkan bahwa meskipun smelter baru belum beroperasi, aktivitas penambangan di Papua tetap berjalan normal, sehingga terjadi surplus produksi ore. Hal ini menjadi salah satu alasan PTFI mengajukan relaksasi ekspor kepada pemerintah. "Lagi dibahas. Lagi dibahas (kelebihan produksi). Itu sedang dibahas," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement