- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Kembali Meleset, Smelter Freeport Baru Bisa Beroperasi di Semester I 2025
PT Freeport Indonesia (PTFI) melaporkan bahwa fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur yang sempat terbakar, baru bisa beroperasi di semester I 2025. Operasinya pun belum penuh alias masih 40% dari total kapasitas.
Deputi Bidang Koordinaasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kemenko Perekonomian, Elen Setiadi menyampaikan bahwa dari hasil laporan yang diterima dari Manajemen PTFI hingga saat ini kondisi smelter PTFI yang berada di Gresik belum bisa beroperasi alias mangkrak.
"Katanya masih enam bulan lagi ya, pokoknya selesai awal ramp-up. Pokoknya semester 1 selesai," kata Elen saat ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (3/1/2024).
Menurut Elen, setelah selesai pun nantinya smelter tidak bisa langsung berproduksi maksimal alias masih kurang dari 50% kapasitas produksi maksimalnya bisa mencapai 1,7 juta ton per tahun.
"Juli (ramp up) 40% dari kapasitas smelter baru," ungkap Elen.
Kondisi ini tentu saja membuat janji yang selalu didengungkan Freeport maupun pemerintah akan beroperasi penuhnya smelter pada akhir tahun 2024 kembali meleset.
Tony Wenas, Direktur Utama Freeport Indonesia, menyatakan bahwa smelter baru tidak bisa berproduksi karena perbaikan fasilitas di komplek smelter masih berlangsung.
"Masih full berhenti. Kalau lagi perbaikan kan nggak mungkin produksi. Karena itu kan Capture H2SO4," ujar Tony.
Secara mengajutkan pada bulan Oktober tahun lalu pabrik asam sulfat di komplek smelter Freeport meledak. Padahal smelter itu diresmikan oleh Joko Widodo presiden periode sebelumnya dan dijanjikan oleh Freeport bisa produksi mulai akhir tahun 2024.
Baca Juga: Mampu Lakukan Respons Cepat, Freeport Indonesia Beri Apresiasi Pasukan Pemadam Kebakaran
Janji itu juga yang digunakan untuk mendapatkan izin ekspor konsentrat atau ore dari pemerintah. Kini izin ekspor konsentrat telah berakhir pada 31 Desember 2024 dan belum ada kejelasan apakah Freeport telah memgantongi izin ekspor yang baru atau belum.
Namun dilihat dari sejarahnya biasanya pemerintah selalu melunak dengan berbagai alasan Freeport untuk dapatkan izin ekspor.
Menurut Tony, meskipun smelter baru belum berproduksi aktivitas penambangam di Papua tidak berhenti atau tetap normal. Ini berarti lagi-lagi akan ada kelebihan produksi ore, karena kapasitas smelter eksisting Freeport juga sangat terbatas. "Lagi dibahas. Lagi dibahas (kelebihan produksi). Itu sedang dibahas," ujar Tony.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement