Laporan Accenture: Bisnis Kini Dituntut Bertanggung Jawab Gunakan AI
Laporan Accenture terbaru menyoroti bagaimana kehidupan masyarakat begitu lekat dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI), termasuk di Indonesia. Peningkatan peran teknologi dalam satu sisi telah mempermudah masyarakat mencari solusi atas permasalahan mereka namun di sisi lain juga memicu masalah baru yang tak terduga.
Country Managing Director, Accenture Indonesia, Jayant Bhargava mengatakan kini pengusaha tak hanya perlu menggunakan kercerdasan buatan untuk mengoptimalkan bisnis mereka namun juga perlu memitigasi dampak penggunaan teknologi tersebut terhadap brand atau usaha mereka.
64% masyarakat Indonesia dalam laporan terbaru mempertanyakan konten yang mereka dapatkan secara daring. 72% dari mereka juga turut mengatakan bahwa kepercayaan merupakan faktor penting bagi mereka ketika memilih untuk berinteraksi dengan/menggunakan brand tertentu.
Cepatnya penyebaran konten generatif ke semua lini digital termasuk seperti media sosial dan marketplace telah menyebabkan masalah kepercayaan dan memicu keraguan dalam masyarakat terhadap setiap konten digital. Pengusaha kini perlu meyakinkan konsumen dengan menumbuhkan kepercayaan dalam komunikasi, proses jual beli, dan produk.
"Berbagai brands harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip kecerdasan buatan yang bertanggung jawab - transparansi, akuntabilitas, dan keadilan. Bagi pelanggan, hal ini berarti kepercayaan yang lebih besar terhadap penggunaan data mereka dan keadilan keputusan yang dihasilkan oleh AI," ujar Jayant, dilansir Selasa (7/1).
Laporan Accenture juga menyoroti bagaimana masyarakat kini menuntut bisnis tak hanya terikat melalui produk mereka namun juga membangun koneksi emosional dengan konsumen mereka. 88% masyarakat Indonesia tercatat akan lebih terlibat dengan merek yang mengedukasi mereka melalui blog dan video. Hal ini membuat pengusaha dituntut untuk mengikuti perkembangan digital secara cermat guna mempertahankan loyalitas pelanggannya.
Perkembangan sikap masyarakat terkait dunia digital ini memberikan kesempatan bagi berbagai bisnis untuk memikirkan kembali peran mereka dan menyelaraskannya dengan keinginan masyarakat yang terus meningkat untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam dan otentik.
Meskipun kepercayaan adalah prioritas utama bagi konsumen Indonesia, mayoritas masyarakat masih memprioritaskan kenyamanan menyoroti perlunya merek untuk menyeimbangkannya. Kenyamanan adalah pintu gerbang menuju keterlibatan pelanggan namun pengusaha kini perlu menanamkan benih kepercayaan ke dalam solusi yang ditawarkan mereka guna menciptakan keunggulan dalam bersaing di Indonesia.
Baca Juga: Transaksi Single Stock Futures Capai 1.797 Kontrak, Saham BBCA dan BBRI Mendominasi
Pengusaha kini dituntut untuk merancang pengalaman dengan jelas. Mereka tidak hanya perlu untuk memenuhi ekspektasi konsumen, tetapi juga membangun kepercayaan dan membina hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan para pelanggannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement