Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimisme Hancur, Wall Street Anjlok Usai Munculnya Data Ekonomi Terbaru di AS

Optimisme Hancur, Wall Street Anjlok Usai Munculnya Data Ekonomi Terbaru di AS Kredit Foto: Antara/REUTERS/Shannon Stapleton
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) mengalami koreksi tajam dalam penutupan perdagangan di Selasa (7/1). Data perekonomian terbaru meruntuhkan optimisme dalam sektor teknologi yang dibawa oleh perusahaan-perusahaan semikonduktor alias chip.

Dilansir Rabu (8/1), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks yang tergabung dalam Wall Street. Semua indeks kompak mengalami koreksi yang tajam:

  • Dow Jones Industrial Average (DJIA): Turun 0,42% atau 178,20 poin ke 42.528,36.
  • S&P 500 (SPX): Merosot 1,11% atau 66,35 poin ke 5.909,03.
  • Nasdaq Composite (IXIC): Anjlok 1,89% atau 375,3 poin ke 19.489,68.

Senior Investment Strategist U.S. Bank Asset Management Group, Tom Hainlin mengatakan bahwa pasar tengah dipukul oleh sinyal penahanan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan sektor jasa ternyata tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan di Desember 2024. Hal ini menghidupkan kembali kekhawatiran inflasi dalam kalangan investor.

Kekhawatiran tersebut bahkan sukses meruntuhkan optimisme yang muncul dalam sektor teknologi. Tercatat sejumlah emiten dalam sektor tersebut mengalami koreksi seperti Nvidia, Tesla, Meta Platforms, Apple dan Microsoft.

“Ekspektasi inflasi dan suku bunga bank sentral kembali disesuaikan, memicu aksi jual setelah optimisme di awal hari," ungkap Tom.

Meski pasar bergejolak, data sektor jasa tersebut menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja dan konsumen serta memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi.

“Data ini mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan memberikan peluang bagi laba perusahaan," tuturnya.

Baca Juga: Suku Bunga Tinggi, Harga Emas Ditekan Kuatnya Ekonomi AS

Adapun lonjakan imbal hasil obligasi juga semakin membebani sentimen pasar karena sudah naik lebih dari 7 basis poin ke 4,693%. Bahkan imbal hasil obligasi sempat menyentuh level tertinggi sejak April di 4,699%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: