Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setelah Resmi Masuk BRICS, Apakah Indonesia Masih Perlu Dolar AS? Ini Kata Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional

Setelah Resmi Masuk BRICS, Apakah Indonesia Masih Perlu Dolar AS? Ini Kata Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Kredit Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Awal tahun 2025 ini Indonesia resmi bergabung dengan kelompok BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Langkah ini telah melalui proses panjang sejak awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

Dalam Keterangan Pers 7 Januari 2025 di Jakarta, Mari Elka Pangestu selaku Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mempersiapkan pihak yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara Indonesia dan BRICS. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan kepentingan negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam forum multilateral tersebut.

Mari Elka Pangestu menjelaskan bahwa diperlukan struktur birokrasi yang jelas untuk memfasilitasi peran Indonesia dalam BRICS. 

"Organisasi pasti harus ada lead-nya. Apakah itu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, atau kombinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian," ujarnya. 

Selain itu, pemerintah juga perlu memahami mekanisme internal BRICS, termasuk kemungkinan adanya iuran atau kontribusi yang harus dibayarkan oleh anggota.

Baca Juga: Bersaing dengan Malaysia, Inilah Keunggulan Indonesia di Mata Investor Asing

Sebagai anggota BRICS, Indonesia perlu mempelajari dengan cermat kepentingan dan tujuan negara-negara lain dalam kelompok ini. Salah satu isu penting adalah penggunaan mata uang selain dolar AS dalam transaksi di New Development Bank (NDB), bank pembangunan yang didirikan oleh BRICS. 

Menurut Mari, Indonesia sebenarnya telah memulai diversifikasi transaksi mata uang, seperti konversi langsung dari rupiah ke yuan tanpa harus melalui dolar AS. Namun, dominasi dolar dalam perdagangan global masih menjadi tantangan besar yang memerlukan waktu.

“Proses diversifikasi sudah berjalan, tetapi untuk percepatan ini mungkin membutuhkan dukungan dari BRICS. Kenyataannya, dolar masih sangat dominan, baik dalam transaksi maupun sebagai aset penyimpanan,” ungkap Mari.

Baca Juga: Cek Daerahmu! Ini 10 Wilayah Cekungan Air Tanah yang Rusak di Indonesia

Meskipun kini menjadi bagian dari BRICS, Indonesia tetap berkomitmen menjaga hubungan baik dengan negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat. Mari Elka Pangestu berharap Indonesia dapat berperan sebagai jembatan antara negara maju dan negara berkembang. 

Dengan posisi strategis ini, Indonesia memiliki peluang untuk mendorong dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara kedua kelompok tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: