Kredit Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
BRICS mulai memberikan sinyal bahwa pihaknya akan berkolaborasi dengan sesama anggota untuk melakukan dampak kebijakan tarif yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyerukan lebih banyak integrasi perdagangan dan keuangan antara negara-negara anggota organisasi terkait guna meredam dampak proteksionisme global.
Baca Juga: Gabung dengan BRICS, Indonesia Tegakkan Kedaulatan di Panggung Dunia
“Pemerasan tarif telah dinormalisasi sebagai alat untuk menaklukkan pasar dan ikut campur dalam urusan domestik,” kata Lula, dilansir Selasa (9/9).
BRICS menurutnya telah telah menjadi korban praktik perdagangan yang tidak adil dan ilegal. Diketahui, Brasil menjadi sasaran tarif tinggi dari Trump.
Adapun Perdana Menteri India Narendra Modi turut menyuarakan hal serupa menyusul tarif tambahan yang dikenakan kepada negaranya akibat membeli minyak dari Rusia.
“Meningkatkan hambatan dan mempersulit transaksi tidak akan membantu. Begitu juga mengaitkan langkah perdagangan dengan isu non-perdagangan,” ujar Modi.
Adapun Presiden China, Xi Jinping menambahkan bahwa beberapa negara telah meluncurkan perang dagang dan tarif, yang secara serius merusak aturan perdagangan internasional.
BRICS dalam pertemuan ini membahas risiko dari kembalinya langkah sepihak, khususnya da;a, bidang perdagangan internasional, serta mengeksplorasi mekanisme solidaritas, koordinasi, dan perdagangan dalam antara negara anggota.
Baca Juga: Inilah Tiga Kandidat Trump Guna Jadi Pengganti Jerome Powell
Pertemuan virtual tersebut diikuti oleh para pemimpin dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Indonesia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Ethiopia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement