- Home
- /
- EkBis
- /
- Infrastruktur
Bressen Technology Resmi Luncurkan Air Dome Pertama Indonesia di Kawasan SCBD PIK 2
PT Bressen Technology Indonesia baru saja meluncurkan proyek Air Dome inovatif pertama di Indonesia. Acara "blowing" untuk Air Dome, yang dilaksanakan di SCBD Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, berlangsung sukses pada Rabu, 8 Januari 2025, menghasilkan struktur Air Dome yang sempurna sesuai desain.
Pada acara tersebut, Shen Chao, CEO PT Bressen Technology Indonesia, menjelaskan bahwa proyek ini menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan bangunan konvensional.
“Proyek ini memiliki dua aspek utama. Pertama, dari segi efisiensi biaya, biaya konstruksi Air Dome jauh lebih rendah dibandingkan bangunan konvensional dengan ukuran yang sama. Pemasangan SPIKE Air Dome hanya membutuhkan waktu dua minggu setelah semua material dan peralatan tiba di lokasi, dibandingkan pembangunan tradisional yang memakan waktu bertahun-tahun,” jelas Shen dalam wawancara media di lokasi proyek.
Selain itu, Air Dome memanfaatkan energi surya melalui strip transparan khusus untuk pencahayaan di siang hari, yang mengurangi kebutuhan listrik.
“Membran yang digunakan pada Air Dome juga memiliki isolasi yang sangat baik, menjaga panas dan mengurangi kebutuhan pendinginan, sehingga operasinya sangat hemat energi,” tambah Shen Chao.
Baca Juga: 40 Ribu Unit Rumah Sudah Dibangun, Prabowo Beri Perhatian Khusus ke Kelompok Ini
Tantangan Proyek
Tantangan utama pemasangan SPIKE Air Dome di PIK 2 adalah cuaca, khususnya hujan, yang dapat menyebabkan genangan air pada membran.
“Dalam proses inflasi Air Dome, kami sangat bergantung pada cuaca. Saat hujan, kami menggunakan pompa untuk menghilangkan genangan air,” ujar Shen.
Proses inflasi hanya membutuhkan waktu 1 hingga 2 jam untuk membentuk Air Dome yang sempurna. Material PVDF yang digunakan mampu menahan tekanan angin hingga 67 m/s dan beban hingga 250 kg/m², sehingga cocok untuk berbagai aktivitas seperti konser, aula pameran, pusat logistik, gudang penyimpanan material, pabrik, aula pelatihan, dan banyak lagi.
Proyek ini juga menjadi proyek percontohan untuk pembangunan Air Dome di wilayah lain di Indonesia. PT Bressen Technology Indonesia berencana mengembangkan lebih banyak Air Dome di berbagai lokasi, termasuk di kawasan seperti PIK dan Sudirman, Jakarta Pusat.
Maka sebab itu, Shen Chao menekankan pentingnya memperkenalkan teknologi Air Dome secara luas melalui Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menetapkan standar dan memperluas penggunaannya.
“Kami telah melakukan banyak promosi dan presentasi kepada BUMN maupun perusahaan swasta. Tahun ini, kami berencana membentuk Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menciptakan komunitas penggemar dan praktisi Air Dome. Saat ini Indonesia belum memiliki standar SNI untuk Air Dome, sementara China dan Eropa sudah memilikinya. Melalui asosiasi ini, kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menciptakan standar Air Dome di Indonesia,” papar Shen.
Selain itu, Shen Chao juga mengungkapkan rencana proyek lainnya di Indonesia. “Kami telah mengajukan proposal untuk proyek-proyek tertentu kepada klien di berbagai wilayah Indonesia dan mendapatkan respons yang positif,” ungkap Shen.
“Kami berencana mempromosikan konsep Air Dome yang ramah lingkungan, sehat, dan ekonomis ke seluruh Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmati kenyamanan dan manfaat yang ditawarkan Air Dome,” tambahnya.
Baca Juga: Selain Rumah, Qatar dan UEA juga Akan Bantu Pembangunan Apartemen
Pesan untuk Publik
Sementara, Ricky F. Nababan, Manajer Proyek PT Bressen Technology Indonesia, menambahkan bahwa banyak yang salah paham tentang Air Dome, terutama terkait risiko runtuh jika blower mati.
“Air Dome memiliki tekanan udara internal, dan semuanya didukung oleh genset cadangan, sehingga tidak akan terjadi kegagalan atau runtuh akibat masalah pasokan listrik dari PLN. Bahkan jika genset juga mati, Air Dome tidak langsung runtuh, tetapi akan mengempis secara perlahan dan dapat ditangani tanpa korban,” jelasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk mengunjungi SPIKE Air Dome di PIK 2 agar lebih memahami teknologi ini.
“Banyak yang salah paham, berpikir bahwa jika blower mati, Air Dome akan langsung runtuh. Padahal, udara di dalamnya bertekanan, sehingga jika blower mati, Air Dome hanya akan mengempis perlahan—sekitar 20% dalam satu jam, dan itu masih dapat dikelola,” tambah Shen Chao.
Dengan hadirnya teknologi Air Dome, pembangunan di Indonesia dapat memanfaatkan solusi inovatif yang menggunakan teknologi membran udara. Air Dome menawarkan efisiensi ekonomi dan operasional yang tinggi.
Dengan berbagai keunggulan ini, Air Dome diharapkan dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia sebagai solusi ramah lingkungan dan efisien untuk berbagai kebutuhan bangunan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement