Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sukses Bertahan 28 Tahun, Berani PHK Karyawan 'Brilliant Jerk' jadi Strategi Netflix untuk Jaga Kinerja Tim

Sukses Bertahan 28 Tahun, Berani PHK Karyawan 'Brilliant Jerk' jadi Strategi Netflix untuk Jaga Kinerja Tim Kredit Foto: Unsplash/Venti Views
Warta Ekonomi, Jakarta -

Istilah “brilliant jerk” dipopulerkan oleh Netflix untuk mendeskripsikan individu yang memiliki kinerja kerja luar biasa tetapi menunjukkan perilaku yang mengganggu atau merusak. 

Fenomena ini menjadi perhatian serius dalam dunia kerja, terutama dalam organisasi yang mengedepankan kerja sama tim dan budaya kerja yang sehat.

Mengutip Wellhub, seorang brilliant jerk biasanya memiliki karakteristik berikut:

  • sering menjadi sumber utama inovasi atau solusi di tempat kerja.
  • memiliki hasil kerja yang sering kali melampaui ekspektasi.
  • cenderung sulit membangun hubungan yang sehat dengan rekan kerja.
  • lebih suka bekerja sendiri daripada berbagi ide atau tanggung jawab dengan orang lain.
  • sering memperlihatkan sikap merendahkan atau menyalahkan rekan kerja.
  • sulit menerima kritik dan cenderung mempertahankan ego mereka.

CEO Netflix, Reed Hastings, mengaku bersikap tegas terhadap keberadaan brilliant jerk di perusahaannya. Ia menyatakan bahwa meskipun individu ini cerdas dan produktif, tetapi “harga kerusakan” yang ditimbulkan terhadap kerja tim dan budaya organisasi terlalu tinggi. 

Hastings menegaskan bahwa organisasi yang toleran terhadap brilliant jerk pada akhirnya berisiko mengalami kerusakan internal. Sebab, menurutnya, individu seperti ini bisa menjadi “teroris budaya” yang merusak nilai-nilai organisasi. 

Pelatihan dan pembinaan dapat mengubah perilaku mereka. Namun, jika tidak, langkah terakhir yang harus diambil adalah memutus hubungan kerja. PHK ini dilakukan dengan tujuan melindungi budaya kerja yang telah terbentuk.

PHK menjadi pilihan tepat karena karyawan “brilliant jerk” menimbulkan berbagai dampak negatif. Beberapa kerugian yang bisa ditimbulkan oleh adanya “brilliant jerk” misalnya sebagai berikut.

  • Menurunkan moral tim karena rekan kerja merasa tidak dihargai atau bahkan terintimidasi.
  • Menghambat kerja sama, karena ketidakharmonisan dalam tim dapat mengganggu produktivitas dan efisiensi.
  • Merusak reputasi pemimpin, karena jika pemimpin membiarkan perilaku ini berlanjut maka kepercayaan tim terhadap kepemimpinan dapat terkikis.

Baca Juga: Biaya Langganan Netflix Spotify Kena PPN 12 Persen, DJP: Bukan Objek Pajak Baru

Baca Juga: Didirikan oleh Anak Petani, Miniso Kini Punya Ribuan Jaringan di Seluruh Dunia

Mengelola "brilliant jerk" adalah tantangan bagi semua organisasi. Keputusan untuk mempertahankan atau melepas individu ini harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap budaya kerja dan moral tim.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: