Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) mencatatkan penurunan pada penutupan perdagangan di Rabu (15/1). Pasar mengambil aksi jual menyusul data inflasi terbaru yang tak mampu memenuhi ekspektasi investor di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari CNBC International, Kamis (16/1), indeks dolar yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama lainnya mengalami koreksi sebesar 0,1% ke 109,12. Ia terus menjauh dari level tertingginya akhir-akhir ini yang berada di 110,17.
Baca Juga: Harga Emas Melonjak, Pasar Logam Mulia Sambut Baik Sinyal Pemangkasan Suku Bunga
Ahli Strategi Mesirow Currency Management, Uto Shinohara mengatakan bahwa pasar menyoroti data inflasi terbaru dari AS. Indeks Harga Produsen (CPI) Amerika Serikat (AS) tercatat hanya yang naik 0,2% di Desember 2024. Capaian ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang percaya data tersebut bisa naik hingga 0,4%.
Adapun inflasi inti yang yang tidak mencakup makanan dan energi tercatat hanya naik 3,2%. Capaian ini lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 3,3%. Capaian tersebut melengkapi laporan harga produsen yang lebih rendah.
Uto mengatakan kedua data tersebut menjadi angin segar untuk emas karena menjadi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan lebih cepat oleh Federal Reserve (The Fed).
“Data inflasi mendorong pasar untuk memprediksi adanya lebih banyak pemangkasan suku bunga tahun ini," ungkapnya.
Baca Juga: BEI Hentikan Perdagangan Dua Emiten, Pelototi Saham Perusahaan Suami Puan Maharani
Pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 40 basis poin (bps) pada akhir 2025. Ekspektasi ini meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 31 bps.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement