- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Donald Trump Jadikan Energi Fosil Primadona Lagi, Ini Kesempatan Emas Buat Indonesia

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi mengumumkan bahwa arah kebijakan energi negaranya akan kembali berfokus pada energi fosil. Kebijakan ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menarik investasi dari perusahaan migas internasional, terutama yang berbasis di AS.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Elan Biantoro, menyebut langkah ini sebagai momentum yang harus dimanfaatkan Indonesia. Menurutnya, beberapa perusahaan besar seperti ExxonMobil, ConocoPhillips, Chevron, hingga British Petroleum (BP) yang bermarkas di Amerika Serikat, merupakan pemain utama di sektor migas dunia yang potensial untuk kembali digandeng.
“Buat Indonesia, mungkin ini akan menjadi peluang yang harus kita tangkap untuk kembali merangkul para pebisnis besar, para pemain dunia, untuk berinvestasi, karena apa pun, Indonesia ini secara potensi masih besar tapi belum well explored. Belum maksimal eksplorasinya, dan hampir 10 tahun terakhir, sebetulnya investasi kita lumayan signifikan turunnya,” ujar Elan kepada Warta Ekonomi, Selasa (21/01/2025).
Baca Juga: Donald Trump Bersabda, Harga Minyak dan Gas Dunia Langsung Tersungkur
Elan menambahkan, meski belakangan ini investor migas mulai kembali berdatangan ke Indonesia, pemerintah harus memanfaatkan momentum kebijakan energi fosil AS ini untuk menarik lebih banyak investasi dari perusahaan Amerika. Ia menekankan pentingnya regulasi yang mendukung dan konsisten agar para investor merasa aman dan nyaman.
“Ya, siapkan fiscal term yang menarik buat mereka. Soalnya, mereka mau balik ke Indonesia, mau investasi, dan itu yang namanya regulasi harus konsistenlah terus. Jangan diubah-ubah. Kalau diubah-ubah, mereka akan traumatis ya, males lagi ke Indonesia,” kata Elan.
Baca Juga: Selamat Tinggal Hijau, Trump Bawa AS Fokus ke Energi Fosil!
Senada, Ketua Komite Investasi Aspermigas, Moshe Rizal, menambahkan bahwa meski Indonesia telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060, kebutuhan energi migas diperkirakan terus meningkat hingga setelah 2050. Hal ini menuntut pemerintah untuk melakukan perubahan besar dalam tata kelola sektor migas.
“Pemerintah harus membuat banyak perubahan. Saya menyebutnya revolusi tata kelola migas nasional, agar dapat menarik kembali investor dan membantu meningkatkan produksi migas di Indonesia,” ujar Moshe.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement