Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Kembali Tekan China, PM Singapura Waspadai Perang Dunia Ketiga

Trump Kembali Tekan China, PM Singapura Waspadai Perang Dunia Ketiga Kredit Foto: Wikimedia Commons/Nitroacid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali menjadi sorotan dunia, dengan peringatan dari Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, tentang risiko besar yang mengancam stabilitas global.  

Wong menegaskan bahwa konflik antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini berpotensi membawa dunia ke ambang perang dunia ketiga jika tidak dikelola dengan baik.

"Negara-negara seperti Singapura tidak seharusnya dipaksa untuk memihak salah satu blok, baik AS maupun China. Jika itu terjadi, dunia bisa berada di jurang perang dunia ketiga," ujar Wong seperti dikutip dari Straits Times, Minggu (26/1/2025). 

Meningkatnya ketegangan di kawasan strategis seperti Laut China Selatan dan Selat Taiwan menjadi perhatian utama. Wong menyoroti bahwa salah langkah di wilayah-wilayah tersebut dapat memicu eskalasi konflik yang sulit dikendalikan.

China, yang mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, telah terlibat perselisihan dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Vietnam. Untuk memperkuat klaimnya, Beijing membangun pulau-pulau buatan dan melakukan intimidasi terhadap kapal-kapal dari negara-negara tersebut. Di sisi lain, AS secara rutin mengadakan latihan kebebasan navigasi di wilayah tersebut, yang sering menuai protes dari China.

Baca Juga: Hadapi Efek Trump, Strategi Investasi Ini Dinilai Bisa Optimalkan Cuan

Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, sejauh ini berupaya menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua belah pihak. Di satu sisi, banyak negara di kawasan ini memiliki hubungan keamanan yang erat dengan AS. Di sisi lain, China tetap menjadi mitra dagang utama bagi kawasan tersebut.

Meski situasi tampak semakin panas, Wong menyampaikan optimismenya bahwa konflik terbuka antara AS dan China tetap bisa dihindari. "Jika AS sepenuhnya memutuskan hubungan ekonomi dengan China, dampaknya akan sangat merugikan ekonomi mereka sendiri. Banyak barang yang digunakan oleh warga AS berasal dari China. Jadi, saya rasa pemutusan total hubungan tidak mungkin terjadi saat ini," jelas Wong seperti dilaporkan oleh Mothership.sg.

Baca Juga: Ketua DPD RI Terima Kunjungan Ketua Parlemen Singapura: Dorong Kerja Sama Strategis di Berbagai Sektor

Ketegangan meningkat setelah mantan Presiden AS Donald Trump mengangkat kembali isu perselisihan dagang dengan China. Trump baru-baru ini mengusulkan penerapan tarif baru sebesar 10% pada barang impor dari China yang akan diberlakukan mulai 1 Februari. Sementara itu, pihak China memperingatkan bahwa perang dagang tidak akan membawa keuntungan bagi siapa pun.

Para analis menekankan bahwa dunia masih sangat bergantung pada China sebagai pusat rantai pasok global. China tetap menjadi satu-satunya negara yang mampu memproduksi barang elektronik canggih seperti motherboard dalam skala besar dengan biaya rendah. Bahkan, perusahaan-perusahaan ritel di AS masih mengandalkan impor murah dari China untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: