Akamai: Keterlibatan AI dalam Serangan Siber Menimbulkan Tantangan Baru

Bahasan tentang teknologi kecerdasan buatan (AI) berdengung kencang terutama di tahun 2024 lalu. Sisi fungsionalitas AI mendorong efektivitas dan efisiensi telah membawa banyak manfaat bagi berbagai sektor, termasuk di Indonesia. Namun, menurut Reuben Koh, Director, Security Technology & Strategy, APJ, Akamai, di sisi lain, AI juga menjadi alat yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan yang lebih canggih.
Melansir laporan Akamai, serangan siber yang didukung oleh AI telah meningkat secara signifikan di daerah APJ termasuk Indonesia, terutama dalam bentuk phishing, deepfake, dan serangan DDoS yang lebih terarah. Salah satu tren yang menonjol adalah penggunaan AI dalam serangan phishing.
Menurut Reuben Koh, dengan bantuan AI,pelaku kejahatan siber dapat membuat email phishing yang lebih meyakinkan, sehingga sulit dibedakan dari email resmi. Selain itu, teknologi deepfake juga digunakan untuk menipu korban dengan membuat video atau audio palsu yang terlihat sangat nyata. Di Indonesia, kasus penipuan menggunakan deepfake telah dilaporkan, terutama dalam konteks penipuan finansial dan penyebaran informasi palsu.
Serangan phishing yang didukung oleh AI meningkat sebesar 40% di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2024. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat adopsi teknologi yang tinggi, menjadi salah satu target utama. Serangan ini sering kali menargetkan sektor keuangan dan e-commerce, di mana pelaku kejahatan siber mencoba mencuri informasi sensitif seperti data kartu kredit dan kredensial login.
Serangan DDoS yang Didukung AI
AI juga digunakan untuk meningkatkan efektivitas serangan DDoS. Dengan bantuan AI, pelaku kejahatan siber dapat mengidentifikasi titik lemah dalam sistem target dengan lebih cepat dan melancarkan serangan yang lebih terarah. Menurut data Akamai, serangan DDoS lapisan 7 di Indonesia meningkat lebih dari lima kali lipat dalam 18 bulan terakhir, dengan total serangan mencapai 260 miliar. Serangan ini tidak hanya mengganggu layanan online, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.
Tantangan bagi Perusahaan di Indonesia
Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, ancaman siber yang didukung oleh AI menjadi tantangan baru yang harus dihadapi. Selain meningkatkan sistem keamanan, perusahaan juga perlu meningkatkan kesadaran karyawan akan risiko serangan siber. Pelatihan dan edukasi tentang keamanan siber menjadi kunci untuk mengurangi risiko serangan phishing dan deepfake.
Menurut Akamai, perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu mengadopsi solusi keamanan yang lebih canggih, seperti sistem deteksi ancaman berbasis AI dan platform keamanan yang dapat memantau aktivitas mencurigakan secara real-time. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan uji keamanan secara berkala untuk mengidentifikasi kerentanan dalam sistem mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement