- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Sandiaga Uno Hadirkan Petani Zaman Now, Strategi Kembangkan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Yayasan Indonesia Setara (YIS) mendukung pemberdayaan petani untuk mengembangkan ekosistem yang berkelanjutan dengan menggelar pelatihan bertajuk 'Petani Zaman Now: Menggali Kearifan Purba Menciptakan Peluang Kerja' di Saung Meeting Tani, Desa Gresik, Kecamatan Ciawi Gebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Minggu (23/2/2025).
Pendiri YIS, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan petani lokal. Ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan peluang ekonomi dalam masyarakat, khususnya petani.
Baca Juga: Dukungan Penyuluh Pertanian Wujudkan Swasembada Pangan Melalui Diseminasi Informasi
“Kami berkomitmen untuk membangun rantai bisnis yang kuat di sektor pertanian, dari hulu hingga hilir, agar para petani bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar dari hasil pertaniannya,” ujar Sandiaga Uno dalam siaran tertulis, dilansir Rabu (26/2).
Sandiaga menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya memberikan pelatihan teknis pertanian, tetapi juga membangun jejaring bisnis yang memungkinkan petani untuk mengolah hasil pertanian mereka menjadi produk bernilai tambah.
“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menciptakan peluang ekonomi yang lebih luas bagi petani,” jelasnya.
Menggali Kearifan Lokal
Program pelatihan ini mengutamakan pengembangan kearifan lokal dengan membagi peserta dalam 9 kelompok Bumdes. Setiap kelompok akan mengembangkan potensi daerah mereka masing-masing dan menjalani pendampingan dalam setiap tahapan pertanian, mulai dari pembibitan, persiapan tanam, pemupukan dan perawatan, hingga panen dan olahan pangan.
Sandiaga berharap, dengan adanya program ini, para petani akan semakin termotivasi untuk mengembangkan pertanian secara mandiri dan berkelanjutan.
“Kami ingin sektor pertanian menjadi mesin pencipta lapangan pekerjaan yang tidak hanya menguntungkan petani, tetapi juga memperkuat perekonomian daerah,” kata Sandiaga.
Untuk memperluas peluang pasar, kegiatan ini juga diakhiri dengan business matching, yang mempertemukan peserta dengan PT. Indowooyang, sebuah perusahaan yang akan menjadi mitra produsen dan membantu peserta memasarkan hasil panen dan produk olahan mereka.
“Business matching ini merupakan langkah konkret untuk memperluas jaringan dan meningkatkan nilai ekonomi bagi para petani. Kami berharap mereka dapat memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan usaha mereka lebih lanjut,” ujar Sandiaga.
Pertanian Purba dan Inovasi Modern
Sementara itu, Deden Lesmana, trainer dari Aplikator Mikro Organisme Lokal, menjelaskan bahwa pelatihan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pembuatan benih berkualitas, pembuatan pupuk organik, hingga penggunaan obat pengendalian hama secara alami.
Selain itu, peserta juga dibekali pengetahuan praktis dalam mengelola berbagai jenis tanaman, seperti cabai, singkong, jambu kristal, dan tomat.
Teknik pertanian yang diajarkan dalam pelatihan ini adalah metode pertanian purba, yang sudah digunakan sejak zaman dahulu dan terbukti ramah lingkungan serta berkelanjutan. Program pelatihan ini akan berlangsung selama tiga bulan, dengan evaluasi secara berkala.
“Metode pertanian purba yang kami ajarkan sangat selaras dengan alam. Dengan cara ini, kita menjaga keseimbangan ekosistem dan meminimalisir kerusakan lingkungan,” kata Deden.
Yayasan Indonesia Setara juga memastikan bahwa pendampingan kepada petani tidak berhenti hanya pada tahap panen. Petani akan terus dibimbing dalam mengembangkan produk turunan dari hasil pertanian mereka, seperti mengolah cabai menjadi sambal botol, singkong menjadi tepung non-gluten, dan banyak lagi. Ini memberikan peluang bagi petani untuk menjual produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Wamenekraf Dorong Petani Manfaatkan Teknologi untuk Capai Swasembada Pangan
“Kami ingin petani tidak hanya bergantung pada hasil panen utama mereka, tetapi juga pada produk-produk turunannya. Dengan cara ini, mereka bisa membuka lebih banyak peluang bisnis, baik dari bibit pertanian, pupuk organik, hingga produk olahan,” jelas Deden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement