- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bursa Asia Kembali Waspada, Ancaman Tarif Tembaga Bikin Hubungan China-Amerika Makin Panas

Mayoritas Bursa Asia kembali mencatatkan penguatan meski diwarnai pergerakan yang fluktuaktif dalam perdagangan di Kamis (27/2). Pasar tengah waspada terhadap data perekonomian terbaru hingga kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari CNBC International, Jumat (28/2), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dalam Bursa Asia. Mayoritas indeks berhasil mencatatkan penguatan:
- Nikkei 225 (Jepang): Menguat 0,30% ke 38.256,17,
- Topix (Jepang): Menguat 0,73% ke 2.736,25.
- Shanghai Composite (China): Menguat 0,23% ke 3.388,06.
- CSI 300 (China): Menguat 0,21% ke 3.968,12.
- Hang Seng (Hong Kong): Menurun 0,29% ke 23.718,29.
- Kospi (Korea Selatan): Menurun 0,73% ke 2.621,75.
- Kosdaq (Korea Selatan): Menurun 0,07% ke 770,85.
- Straits Times (Singapura): Menguat 0,34% ke 3.921,19.
Dari China, pasar tengah berhati-hati menjelang rencana kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Beijing. Investor menantikan sejumlah rencana kebijakannya untuk tahun mendatang, termasuk rincian langkah-langkah stimulus fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tengah melambat di Negeri Tirai Bambu.
Dari Jepang, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini menyusul kenaikan inflasi yang tidak terduga di Kuartal IV 2024.
Adapun pasar terus menyoroti ancaman kebijakan tarif yang digaungkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Baru-baru ini, keluar ancaman soal kebijakan tarif impor untuk Uni Eropa. Ancaman tersebut juga disusul dengan investigasi kebijakan tarif untuk tembaga yang ditentang keras oleh China.
Trump melalui dua langkah tersebut memicu kekhawatiran besar dalam pasar karena berpotensi memperluas dan memperparah perang dagang yang tengah berlangsung dari China-AS.
Baca Juga: Pasang Surut Kerja Sama Bidang Pertahanan Indonesia-China
Meski demikian, terdapat sedikit kelegaan soal kebijakan tarif menyusul adanya kemungkinan bahwa penerapan aturan tersebut akan ditunda hingga 1 April 2025. Hal ini termasuk untuk kebijakan tarif bagi Meksiko dan Kanada.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement