- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Minat Investasi Pembangkit Nuklir Global Terus Meningkat, KADIN Tak Mau Ketinggalan

Tren investasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) bersama Pemerintah Indonesia kini memanfaatkan momentum ini secara agresif untuk mendorong dekarbonisasi industri melalui penguatan infrastruktur dan penarikan investasi energi baru dan terbarukan (EBT).
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) KADIN Indonesia, Aryo Djojohadikusumo, mengapresiasi langkah pemerintah yang memprioritaskan sektor EBT sebagai tujuan investasi. "Presiden berkali-kali menyebutkan energi terbarukan dan energi hijau. Beliau secara khusus menyebutkan tambahan dana segar," katanya dalam acara Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Hotel St. Regis Jakarta, pekan lalu.
Dalam penutupan Kongres VI Partai Demokrat di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta pada Selasa (25/2/2025), Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa nuklir merupakan salah satu energi terbarukan yang paling bersih. Energi ini dapat dimanfaatkan untuk sektor kesehatan, pengembangan benih pertanian, hingga sumber energi lainnya.
Aryo menjelaskan bahwa sebagian besar dana kemungkinan akan dialokasikan ke sektor energi hijau dan terbarukan, serta industri pendukung seperti mineral. Langkah ini sejalan dengan rencana kerja Bidang ESDM KADIN Indonesia 2024-2029, yang fokus pada energi baru, terbarukan, dan konservasi energi.
Menurut data Pusat Data KADIN Indonesia Bidang ESDM yang mengutip laporan International Energy Agency (IEA) pada Januari 2025, nilai investasi nuklir diproyeksikan terus meningkat sesuai tiga skenario outlook energi dunia. Pertama, dalam skenario The Stated Policies Scenario (STEPS), investasi nuklir global akan naik dari USD 65 miliar per tahun menjadi USD 70 miliar per tahun pada 2030, dengan kapasitas reaktor nuklir meningkat lebih dari 50% mendekati 650 gigawatt (GW) pada 2050.
Baca Juga: Perkuat Daya Saing, Waketum Kadin Indonesia Saleh Husin Sambut Positif Skema Baru HGBT
Kedua, dalam skenario The Announced Pledges Scenario (APS), dengan dukungan pemerintah yang kuat dan kebijakan energi serta iklim yang tepat waktu, investasi nuklir bisa mencapai USD 120 miliar per tahun pada 2030, dengan kapasitas meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2050. Ketiga, dalam skenario Net Zero Emissions Scenario, investasi nuklir diproyeksikan mencapai USD 150 miliar per tahun pada 2030, dengan kapasitas terpasang mencapai 1000 GW pada 2050.
Pada 2023, lebih dari 410 reaktor nuklir beroperasi di 30 negara, menyumbang 9% pasokan listrik global. Jumlah ini diperkirakan naik menjadi 420 reaktor pada 2025. Negara-negara, terutama negara berkembang, kini berlomba membangun PLTN sebagai energi alternatif, dengan sebagian besar menggunakan teknologi dari China dan Rusia.
Nuklir merupakan sumber energi rendah emisi kedua setelah hydropower, mampu menghasilkan listrik 20% lebih banyak daripada energi angin dan 70% lebih banyak daripada panel surya. PLTN juga dapat menyediakan panas untuk industri dan bahkan memurnikan air laut menjadi air bersih. Sejak 1971, energi nuklir telah mengurangi 72 gigaton emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara, gas alam, dan minyak, serta memperkuat ketahanan energi di beberapa negara.
Aryo menegaskan bahwa KADIN memiliki program prioritas pada 2025 untuk inisiatif "Indonesia Hijau", yang mempromosikan investasi dalam proyek-proyek EBT. Upaya ini dilakukan dengan menarik investor dan mendorong pemerintah memberikan insentif investasi bagi mereka yang tertarik pada EBT.
Baca Juga: Pemerintah Gaet Kadin untuk Perkuat Industri Peternakan Demi Swasembada Pangan
Sejauh ini, tiga negara besar telah menawarkan proposal pembangunan PLTN di Indonesia, yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China. “Ketiga negara ini melibatkan anggota KADIN. Mereka adalah mitra luar negeri yang bekerja sama dengan anggota kami,” ungkap Aryo.
AS diwakili oleh Westinghouse Electric Corporation, produsen peralatan listrik terkemuka. China diwakili oleh China National Nuclear Corporation (CNNC), badan usaha milik pemerintah China di bidang tenaga nuklir. Sementara Rusia diwakili oleh Rosatom State Atomic Energy Corporation (Rosatom).
Aryo menyatakan bahwa proposal dari ketiga negara masih dalam tahap negosiasi dengan pemerintah Indonesia untuk mencapai kesepakatan terbaik. "Ketiga negara ini sudah berkomunikasi dengan anggota KADIN Indonesia, sehingga pembicaraan sudah berjalan serius,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement