- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bursa Eropa Diancam Kebijakan Trump, Amerika Serikat Tak Beri Sinyal Negosiasi Tarif

Bursa Eropa mengalami koreksi yang signifikan dalam perdagangan di Senin (10/3). Pasar dilanda kekhawatiran terkait dengan kebijakan tarif hingga data perekonomian terbaru dari Jerman.
Dilansir dari Reuters, Selasa (11/3), Indeks Stoxx 600 yang mencakup saham-saham dalam seluruh zona euro ditutup melemah 1,29% ke 546,20.
Baca Juga: Penuhi Syarat Trump, Dua Raksasa Mobil Eropa Aman dari Tarif Amerika Serikat
Kepala Analis Pasar Interactive Brokers, Steve Sosnick mengatakan bahwa pasar tengah melakukan revisi terkait dengan strategi investasi mereka menyusul menguatnya ketidakpastian perekonomian global.
Menurutnya, saham sektor teknologi menjadi yang paling terpengaruhi saat ini menyusul sikap investor yang kembali menimbang modal investasi terhadap ekosistem dari Akal Imitas (AI).
"Banyak investor di seluruh dunia sedang menilai kembali risiko mereka. Sektor teknologi menanggung beban terbesar karena ketika ada aksi ambil untung atau pengurangan risiko, saham yang paling aktif terkena dampaknya paling keras," kata Steve Sosnick.
Adapun pasar juga menyoroti dinamika Raksasa Ekonomi Eropa, Jerman. Partai Hijau Jerman baru-baru ini berjanji untuk memblokir rencana peningkatan besar dalam utang negara yang diajukan oleh Calon Kanselir Friedrich Merz.
Meski demikian, mereka tetap membuka peluang kompromi terkait langkah-langkah untuk merombak militer dan menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dari Jerman.
Namun pasar sudah terlanjur khawatir dan menyoroti nasib rencana pemerintah untuk mengalokasikan €500 miliar (US$541 miliar) dalam investasi infrastruktur selama 10 tahun.
Kemungkinan kegagalan dalam meloloskan reformasi tersebut akan sangat membatasi ruang ekspansi fiskal dalam empat tahun ke depan, merusak kredibilitas pemerintahan berikutnya, dan menyebabkan fragmentasi politik di Jerman.
Adapun Jerman baru-baru ini merilis data perekonomian terbaru mereka. Produksi Industri Jerman tercatat naik hingga 2% di Januari 2025. Namun ekspor negara tersebut menurun 2,5% di Januari 2025.
"Pemangkasan belanja pemerintah secara agresif dan kemungkinan penambahan tarif, dapat dimengerti mengapa investor menunjukkan ketakutan lebih besar terhadap prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi," tutur Steve Sosnick.
Investor kini menantikan data ekonomi terbaru dari Eropa. Selain itu, pihaknya juga menyoroti kemungkinan serangan tarif impor dari Amerika Serikat ke Uni Eropa.
Baca Juga: Alasan Trump Enggan Berikan Kejelasan Soal Kebijakan Tarif Amerika Serikat
European Trade Commissioner, Maros Sefcovic baru-baru ini menyebut tak ada tanda-tanda keinginan untuk melakukan negosiasi soal tarif dari Amerika Serikat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement