
Gara-gara Elon Musk cawe-cawe di urusan politik Amerika Serikat, saham Tesla ikutan rontok. Saham saudara SpaceX itu telah mengalami penurunan drastis yang pecah rekor terburuk sejak Oktober lalu, turun lebih dari 15 persen pada hari Senin (10/3) saja menjadi 222 dolar AS (Rp3,6 juta).
Tak hanya berimbas ke nilai saham, data dari beberapa pasar utama di seluruh dunia menunjukkan bahwa penjualan menurun dan permintaan untuk mobil listrik merek ini mulai melambat.
Dalam sebuah catatan yang dikeluarkan untuk para klien pada hari Senin (10/3), analis UBS mengatakan bahwa mereka memperkirakan Tesla akan menjual 367.000 kendaraan pada kuartal pertama tahun ini, menurut sebuah laporan dari Yahoo Finance.
Itu akan menjadi penurunan 6 persen dari 386.810 kendaraan yang dikirim pada kuartal-1 2024, yang dengan sendirinya menandai penurunan signifikan 9 persen dari 422.875 kendaraan yang dikirim pada kuartal pertama 2023.
Namun, terlepas dari penurunan saham Tesla baru-baru ini, sejauh ini Tesla masih menjadi produsen mobil paling berharga di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.
Pada Senin (10/3), perusahaan ini bernilai 696 miliar dolar AS (Rp11,5 kuadriliun), masih jauh di atas produsen mobil lama seperti Ford 39 miliar dolar AS (Rp641,4 triliun), General Motors 47 miliar dolar AS (Rp772,9 triliun), dan VW 64 miliar dolar AS (Rp1 kuadriliun).
Hal ini sebagian disebabkan karena banyak investor tidak melihat Tesla hanya sebagai produsen mobil, tetapi sebagai perusahaan teknologi yang mendorong batas-batas kecerdasan buatan dengan sistem mengemudi otonom dan robot humanoid.
Jadi, apakah penurunan harga saham ini hanya sementara, atau apakah hari-hari Tesla sebagai raksasa kapitalisasi pasar telah berakhir? Hanya waktu yang bisa menjawabnya, tetapi untuk saat ini, sepertinya perjalanannya sedikit lebih sulit dari sebelumnya.ant
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement