- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Ancaman Tarif 200% Dilempar Trump, Bursa Asia Terancam Gejolak Perang Dagang

Bursa Asia kembali mengalami koreksi yang cukup signifikan dalam perdagangan di Kamis (13/3). Pasar dilanda kekhawatiran terkait dengan memanasnya perang dagang akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (14/3), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Hampir semua indeks mencatatkan koreksi yang signifikan:
- Nikkei 225 (Jepang): Melemah 0,08% ke 36.790,03.
- Topix (Jepang): Naik 0,13% ke 2.698,36.
- Shanghai Composite (China): Melemah 0,39% ke 3.358,73.
- CSI 300 (China): Turun 0,40% ke 3.911,58.
- Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,58% ke 23.462,65.
- Kospi (Korea Selatan): Stagnan dalam kisaran 2.573,64.
- Kosdaq (Korea Selatan): Anjlok 0,92% ke 722,80.
Investor masih mengambil sikap waspada mengingat ketidakpastian seputar potensi dampak dari kenaikan tarif perdagangan terhadap ekonomi global.
Dari Kanada, negara tersebut membalas kebijakan tarif baja dan aluminium dengan menerapkan kebijakan tarif terhadap sejumlah komoditas dan barang yang berasal dari Amerika Serikat.
Sementara Uni Eropa membalas kebijakan tarif terhadap baja dan aluminium dengan memberlakukan tarif balasan yang sama terhadap barang-barang impor dari Amerika Serikat. Meski demikian, pihaknya memberikan tenggat waktu negosiasi hingga 1 April 2024.
Namun bukannya mendapatkan sambutan hangat, hal ini justru dibalas dengan ancaman tarif yang lebih tinggi. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump baru-baru ini mengancam akan menerapkan tarif 200% untuk minuman beralkohol dari Uni Eropa.
Trump menuduh bahwa perlakuan tidak adil telah lama dilakukan oleh Uni Eropa. Menurutnya, tarif ini akan memberikan dorongan yang dibutuhkan oleh industri minuman beralkohol dari Amerika Serikat.
Adapun Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) secara bulanan naik 0,2% di Februari 2025. Angka tersebut lebih rendah dari capaian 0,5% di Januari 2025.
Sementara secara tahunan, data tersebut tercatat naik hingga 2,8%. Angka tersebut sedikit melenceng dari proyeksi pasar yang memperkirakan inflasi mencapai 2,9%.
Adapun angka inflasi inti yang mengecualikan komponen makanan dan energi yang cenderung naik secara bulanan menjadi 0,2% di Februari 2025. Secara tahunan, data inti meningkat 3,1% (YoY) di Februari 2025.
Baca Juga: Bidik Robot Humanoid, Produsen Mobil Listrik China Siap Investasi hingga CN¥100 Miliar
The Fed kini diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25%-4,50%. Meski begitu, pasar tetap yakin bahwa pemangkasan suku bunga dalam tahun ini angkan mencapai 70 basis poin serta akan dimulai di Juni 2025.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement