- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Pacu Pertumbuhan Petrokimia, Kemenperin Dukung Pembangunan Kilang 1 Juta Barel

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan dukungan Kementerian Perindustrian terhadap pembangunan beberapa kilang minyak dengan total kapasitas hingga 1 juta barel per hari yang akan dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pasalnya pembangunan kilang minyak tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan ketahanan energi dan ketahanan industri, terutama pada sektor industri petrokimia yang memiliki peranan sangat penting dalam memasok kebutuhan bahan baku ke sejumlah sektor industri lainnya.
Baca Juga: Ini Sejumlah Tempat yang Akan Dibangun Kilang Kapasitas 1 Juta Barel
“Kami sangat mendukung pembangunan refinery ini guna penguatan hulu di sektor petrokimia dalam rangka menuju substitusi impor, serta dapat berdampak positif pada penguatan nilai tambah dan investasi, hingga penyerapan tenaga kerja,” ucap Menperin, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (14/3).
Menperin menjelaskan, pembangunan kilang minyak ini akan mengoptimalkan produksi nafta yang menjadi kebutuhan bahan baku bagi sejumlah sektor industri.
“Kami juga mendukung upaya Kejaksaan Agung untuk melakukan pembenahan tata kelola minyak dalam negeri yang akan bisa mengoptimalkan proses seluruh refinery yang ada di Indonesia untuk menghasilkan BBM dan nafta,” tuturnya.
Menperin optimistis, pembangunan kilang minyak ini selain untuk mewujudkan visi pemerintah dalam upaya mempercepat program hilirisasi, juga menjadi game changer dalam mendorong pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia.
“Tentu kami akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi terkait adanya penambahan refinery ini. Pembangunan refinery tersebut akan disebar di beberapa wilayah Indonesia,” ungkapnya.
Perlu diketahui, nafta merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang dapat digunakan sebagai bahan baku bensin atau petrokimia. Fraksi ini dihasilkan terutama melalui proses distilasi minyak mentah di Crude Distillation Unit (CDU). Saat ini, produksi nafta untuk 1 juta ton per tahun memerlukan sekitar 3,03 juta ton per tahun minyak mentah.
“Dalam proses cracking tersebut, dari minyak mentah itu akan dihasilkan minimal 20 persen nafta. Ini juga tergantung dari proses pemanasan atau titik didihnya,” ujar Menperin. Sementara itu, hingga kini Indonesia hanya memiliki enam kilang minyak, dan semuanya itu merupakan investasi yang sudah berumur sangat lama.
Adapun dari enam kilang minyak tersebut, baru mampu memproduksi nafta sebesar 7,1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan nafta nasional saat ini mencapai 9,2 juta ton per tahun, sehingga masih dibutuhkan importasi sebanyak 2,1 juta ton. Artinya, diperlukan peningkatan kapasitas produksi nafta di dalam negeri.
Menperin mengemukakan, nafta adalah “mother of petrochemical”, yang apabila dapat diproduksi di dalam negeri mampu menghemat impor nafta dan produk-produk petrokimia sebesar USD 9 miliar per tahun. Selain itu, berdampak pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produksi nasional untuk kemandirian bahan baku farmasi dalam negeri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement