Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suksesnya Martua Sitorus, dari Bisnis Minyak Sawit hingga Semen

Suksesnya Martua Sitorus, dari Bisnis Minyak Sawit hingga Semen Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Martua Sitorus, atau dikenal juga sebagai Thio Seng Hao, adalah bukti nyata bahwa kerja keras, ketekunan, dan visi yang jelas dapat mengubah hidup seseorang dari keterbatasan menuju puncak kesuksesan. 

Lahir pada 6 Februari 1960 di Pematang Siantar, Sumatera Utara, Martua dibesarkan dalam keluarga sederhana yang berprofesi sebagai pedagang udang dan ikan. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orang tuanya berjualan sekaligus menjadi loper koran untuk menambah penghasilan keluarga.

Kebiasaan ini tidak hanya membentuk karakternya yang ulet, tetapi juga menanamkan jiwa wirausaha sejak dini.

Martua menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Budi Mulia Pematang Siantar sebelum melanjutkan studi di Universitas HKBP Nommensen, Medan, dengan mengambil jurusan ekonomi. Setelah lulus, ia memulai usaha kecil-kecilan di bidang minyak sawit dan kelapa sawit di Medan dan Singapura. Meski skalanya masih kecil, Martua tidak pernah menyerah dan terus berusaha mengembangkan bisnisnya.

Titik balik hidupnya terjadi pada akhir 1980-an ketika ia bertemu Kuok Khoon Hong (William), seorang pengusaha Malaysia yang kelak menjadi mitra bisnisnya. Pada 1991, keduanya mendirikan Wilmar International, nama yang diambil dari kombinasi "William" dan "Martua". Awalnya, Wilmar hanya berfokus pada perdagangan kelapa sawit, tetapi dengan strategi yang matang, perusahaan ini berkembang pesat.

Baca Juga: Kini Sukses Bangun Garudafood, Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto Pernah Kerja untuk Gudang Garam

Pada 1992, Wilmar membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya dan mengakuisisi perkebunan seluas 7.000 hektare di Sumatera. Tak lama setelah itu, perusahaan ini melakukan ekspansi besar-besaran, termasuk kerja sama strategis dengan Grup Adani dari India untuk membentuk Adani Wilmar, yang memproduksi berbagai kebutuhan pangan seperti minyak nabati, gula, dan tepung beras.

Di tengah krisis moneter yang melanda Indonesia, Wilmar justru menunjukkan ketangguhannya dengan memberikan tunjangan krisis sebesar 2,5% kepada karyawannya, sebuah langkah yang jarang dilakukan perusahaan lain saat itu.

Pada tahun 2000, Wilmar semakin mendominasi pasar dengan meluncurkan merek minyak goreng Sania dan Fortune di Indonesia, serta merek internasional seperti Jubilee, Raag, Alpha (India), dan Orchid, Golf Ingot (China). Perusahaan ini juga merambah sektor agribisnis lainnya, termasuk biodiesel, oleokimia, dan pengolahan biji-bijian.

Pada 2005, Wilmar tercatat di Bursa Efek Singapura dengan valuasi saham mencapai USD 2 miliar. Saat itu, perusahaan telah memiliki 69.171 hektar lahan, 65 pabrik, 7 kapal tanker, dan lebih dari 20.000 karyawan, serta ekspor ke 30 negara.

Baca Juga: Perjalanan 'Mudah' Wendy Sui Cheng Yap Sukses Membangun Sari Roti

Tidak puas dengan kesuksesan di sektor kelapa sawit, Martua berekspansi ke berbagai bidang lain. Bersama saudaranya, Ganda Sitorus, ia mendirikan Gama Corporation (2011), yang bergerak di bidang properti, semen, dan kesehatan. Beberapa pencapaian besarnya antara lain:

  • Properti: Pembangunan Gama Tower (gedung tertinggi di Indonesia) dan proyek apartemen besar di Pulo Gadung.
  • Kesehatan: Mendirikan Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital di Medan, sebagai bentuk dedikasi kepada sang ibu.
  • Semen: Melalui PT Cemindo Gemilang, perusahaan ini melakukan IPO pada 2021 dengan mengumpulkan dana USD 77 juta.

Pada 2018, Martua memutuskan mengundurkan diri dari Wilmar dan mendirikan KPN Corporation bersama adiknya. Perusahaan ini tetap bergerak di sektor kelapa sawit, properti, semen, dan kesehatan.

Baca Juga: Kontribusi Hilirisasi Sawit Melalui Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi Negara-negara Dunia

Baca Juga: Perkebunan Sawit di Lahan Gambut Merupakan Bagian dari Restorasi Lahan Gambut yang Berkelanjutan

Berkat kegigihannya, Martua Sitorus kini menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Pada 2023, Forbes mencatat kekayaannya mencapai USD 3 miliar. Kisah hidupnya mengajarkan bahwa kesuksesan tidak mengenal latar belakang, asal ada kemauan, kerja keras, dan kolaborasi yang tepat, siapa pun bisa meraih mimpi mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: