
Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Amerika Serikat sukses menuai sorotan tajam dari dunia, salah satunya Dana Moneter Internasional (IMF).
Dilansir dari The Nation, Minggu (6/4/2025), Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva menyebut jika langkah Trump tersebut sebagai ancaman serius bagi masa depan ekonomi global.
"Ini jelas merupakan risiko yang signifikan terhadap prospek global," ujar Georgieva.
Maka dari itu, pihaknya mendesak kepada pemerintah AS untuk segera memperbaiki hubungan dagang dengan para mitra internasionalnya. Tak hanya itu, dia juga memperingatkan bahwa langkah proteksionis semacam kebijakan tariff tinggi tersebut justru memicu gelombang inflasi serta memperbesar kemungkinan terjadinya resesi secara global.
"Penting untuk menghindari kebijakan-kebijakan yang bisa semakin merugikan ekonomi dunia," tegasnya.
Lebih lanjut, terkait kebijakan tersebut dia juga mendorong seluruh pihak untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan secara konstruktif dan mengurangi ketidakpastian yang mengganggu stabilitas pasar.
Sebagai informasi, tarif baru yang diumumkan Washington pada Rabu lalu berlaku untuk hampir 200 negara. Beberapa yang terdampak paling besar di antaranya Vietnam yang kena tariff 46%, lalu China sebesar 34%, dan Uni Eropa dengan tariff sebesar 20%.
Alhasil, kebijakan tersebut langsung mengguncang pasar keuangan. Indeks saham S&P 500 kehilangan nilai hingga USD5,4 miliar hanya dalam dua hari. Angka yang setara dengan sekitar Rp89 ribu triliun. Sentimen pasar pun anjlok, dengan investor global merespons kebijakan ini dengan kekhawatiran.
Tak hanya IMF, para analis ekonomi pun mulai menyalakan alarm. JPMorgan memprediksi bahwa Amerika Serikat berpotensi masuk ke jurang resesi di akhir 2025. Goldman Sachs bahkan telah lebih dulu meningkatkan proyeksi risiko resesi setelah pengumuman kebijakan tarif tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement