Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Awal Mula Berdirinya Cinema XXI hingga Sukses Kuasai Pasar Bioskop Indonesia

Awal Mula Berdirinya Cinema XXI hingga Sukses Kuasai Pasar Bioskop Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Irwansyahdan Irwansyahdan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada tahun 1986, Sudwikatmono merenovasi Bioskop Kartika Chandra di Jakarta. Renovasi tersebut dilakukan sekaligus memperkenalkan konsep multipleks pertama di Indonesia, yaitu mengubah bioskop yang awalnya hanya memiliki satu layar menjadi tiga layar.

Konsep tersebut akhirnya juga dibawa oleh Sudwikatmono, pengusaha nasional dan sepupu Presiden Soeharto, ketika membangun Cineplex 21 Group pada 21 Agustus 1987 bersama Benny Suherman dan Harris Lesmana. Jaringan ini nantinya akan menguasai industri bioskop Indonesia.

Studio pertama Cineplex 21 dibangun di Jalan MH Thamrin Kavling 21, Jakarta Pusat. Angka "21" pada namanya diambil dari nomor kavling lokasi tersebut. 

Pada tahun 1988, Benny Suherman, Harris Lesmana, dan Sudwikatmono meresmikan Subentra Nusantara, sebuah perusahaan distribusi film yang kemudian hampir memonopoli hak distribusi film Hollywood di Indonesia. Namun, krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an dan mundurnya Presiden Soeharto akhirnya mengubah dinamika bisnis mereka.

Pada 15 Juli 1999, Sudwikatmono memutuskan menjual sahamnya kepada Benny dan Harris, sehingga keduanya mengambil alih kepemilikan penuh. Perusahaan kemudian berganti nama menjadi PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR) dan melakukan rebranding dari Bioskop 21 menjadi Cinema XXI.

Baca Juga: Melihat Perkembangan Jumlah Indomaret, dari Satu Gerai hingga Sukses Jadi 22 Ribu Gerai

Nama baru Cinema XXI cepat dikenal masyarakat dan menjadi simbol transformasi bioskop tradisional menjadi bioskop modern. Di bawah kepemimpinan Benny Suherman, Cinema XXI berkembang pesat dengan memperkenalkan beberapa merek untuk menjangkau segmen pasar berbeda:

  • Cinema 21: Menargetkan penonton umum dengan harga terjangkau.
  • Cinema XXI (2004): Menawarkan fasilitas dan kenyamanan lebih.
  • The Premiere (2002): Layanan premium dengan kursi eksklusif.
  • IMAX (2012): Teknologi layar dan suara canggih.

Inovasi terus dilakukan Cinema XXI, seperti peluncuran m.tix (2006), sistem reservasi tiket via SMS pertama di Indonesia, serta pembukaan layar IMAX digital pertama (2012) dan IMAX with Laser pertama (2020).

Pada 2 Agustus 2023, PT Nusantara Sejahtera Raya melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp2,25 triliun. Kesuksesan ini menempatkan Benny Suherman dalam daftar orang terkaya Indonesia.

Setelah IPO, Benny memutuskan mundur dari posisi Presiden Direktur dan menyerahkan tongkat estafet kepada putranya, Suryo Suherman. Sementara putra keduanya, Arif Suherman, menjabat sebagai Direktur. Anak perempuannya, Melia Suherman, menjadi Komisaris.

Hingga 2025, Cinema XXI telah mengoperasikan 261 bioskop dengan 1.361 layar di 81 kota/kabupaten di Indonesia. Jumlah studio Cinema XX terus berkembang karena sekitar dua pertiga dana IPO dialokasikan untuk ekspansi, termasuk penambahan bioskop dan peningkatan teknologi.

Baca Juga: Legendarisnya Sirup Marjan, Dikenalkan Muhammad Saleh Kurnia Kurnia pada 1975 hingga Kini Sukses Jadi 'Simbol Ramadan' di Indonesia

Baca Juga: Cerita Jahja Santoso Pendiri Sanbe Farma, dari Produksi Obat Generik Rumahan hingga Punya RS Santosa Bandung International Hospital

Dari awal sebagai bioskop multipleks pertama hingga menjadi raksasa industri hiburan, Cinema XXI terus mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar bioskop Indonesia. Mereka membuktikan bahwa inovasi dan adaptasi adalah kunci kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: